PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA JENISMULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA GENOTIPE TANAMAN GANDUM(Triticum aestivum L.) DI ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK

RINY, HANDAYANI SIANIPAR (2013) PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA JENISMULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA GENOTIPE TANAMAN GANDUM(Triticum aestivum L.) DI ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
306.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (320kB)

Abstract

Gandum (Triticum aestivum L.) adalah salah satu tanaman serealia selain padi, sorgum, dan jagung yang berasal dari famili Gramineae (Poaceae) dan merupakan salah satu komoditas pangan alternatif untuk mendukung ketahanan pangan serta diversifikasi pangan makanan pokok manusia selain beras. Gandum cukup terkenal dibandingkan bahan makanan lainnya sesama serealia karena kandungan gluten dan proteinnya yang cukup tinggi pada biji gandum. Kandungan gizi gandum di antaranya karbohidrat 60 – 80 %, protein 6 – 17 %, lemak 1.5 - 2.0 %, mineral 1.5 - 2.0 % dan sejumlah vitamin, (APTINDO, 2009). Gandum biasanya digunakan untuk memproduksi tepung terigu, pakan ternak, ataupun difermentasi untuk menghasilkan alkohol. Tepung terigu sebagai bahan baku pangan seperti : mie, roti, bermacam jenis kue dan sebagainya merupakan bahan pokok yang cukup populer di Indonesia, karena bahan baku tersebut banyak diminati oleh konsumen sehingga permintaan pasar relatif tinggi untuk mencukupi kebutuhan gandum tersebut selama ini hampir seluruhnya dipenuhi dengan cara mengimpor gandum dari negara lain. Permintaan pasar untuk komoditas gandum dalam negeri semakin tinggi dan terus meningkat. Disatu sisi, peningkatan ini membawa dampak yang positif karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras. Namun disisi lain, terdapat ketimpangan yang cukup besar. Ratna Sari Loppies (Direktur Eksekutif Aptindo) mencatat dari Januari- September 2011, konsumsi tepung terigu nasional mencapai 3.468.640 ton atau naik 5,81 % dibanding periode yang sama tahun lalu. Periode Januari-September 2010, konsumsi sebesar 3.267.000 ton. Berdasarkan data Aptindo, profil industri pengguna tepung terigu terbesar di Indonesia adalah sektor UKM sebanyak 30.263 unit dengan volume konsumsi sekitar 59,6 %, peringkat kedua adalah industri rumah tangga (10.000 unit) dengan volume 4 %, industri besar pengguna tepung terigu (200 unit) dengan volume 31,8 %, dan pengguna terakhir, rumah tangga dengan volume 4,6 %, (APTINDO, 2011). Hal inilah yang membawa 3 dampak negatif bagi bangsa Indonesia yang membuat ketergantungan terhadap biji gandum, dan menguras devisa negara yang cukup besar. Tanaman gandum sebenarnya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada beberapa lahan pertanian di Indonesia, khususnya pada daerah dataran tinggi yang bersuhu sejuk. Beberapa lokasi yang memiliki kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhan gandum dan telah digunakan sebagai lokasi pengembangan hingga tahun 2008 di antaranya : Nangro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan timur, dan Sulawesi Selatan (Ditjen Tanaman Pangan, 2008). Genotipe gandum yang digunakan yaitu SO-3 dan SO-8. Genotipe gandum SO-3 mempunyai ciri-ciri benih merah tua, tinggi batang 85 cm, pertumbuhan cepat, tahan terhadap penyakit daun, bijinya keras, kandungan protein dan gluten basah tinggi sampai sangat tinggi, kualitas roti baik. Genotipe gandum SO-8 mempunyai ciri-ciri benih putih, tinggi batang 80 cm, ketahanan terhadap penyakit tinggi, kandungan protein sedang, kualitas gluten bagus, dan kualitas roti sedang (Breeding Station Istropol Solary, Republik Slovakia, 2011). Provinsi Sumatera Barat adalah daerah yang memiliki tanah dan agroklimat yang cocok untuk pengembangan gandum dalam skala besar dengan ketinggian di atas 800 m di atas perukaan laut. Daerah Alahan Panjang merupakan salah satu daerah sesuai untuk pertumbuhan gandum karena mempunyai ketinggian tempat 1616 meter di atas permukaan laut dan suhu optimumnya mencapai 20-250C. Selain faktor iklim yang memang sesuai untuk budidaya tanaman gandum di Indonesia, kondisi tanah dan organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman gandum perlu diperhatikan agar pertumbuhan dan produksi tanaman gandum lebih maksimal. Gandum dapat tumbuh lebih baik apabila sesuai dengan persyaratan dan perlakuan terhadap tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, salah satu perlakuan yang digunakan terhadap genotipe SO-3 dan SO-8 ini adalah dengan cara pemberian berbagai macam mulsa. Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Pilihan dalam 4 penggunaan mulsa tergantung pada bahan-bahan yang tersedia di sekitar tempat percobaan. Tujuan dari penggunaan mulsa ini antara lain : mencegah kehilangan air akibat penguapan, memperkecil perbedaan suhu tanah siang dan malam hari, mencegah cahaya matahari langsung sehingga suhu tanah lebih rendah pada siang hari dan malam hari dapat mencegah pelepasan panas, mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, mencegah pemadatan tanah, dan untuk menstabilkan kadar air tanah atau mempertahankan kelembaban tanah (Ong, 1985). Disamping itu, mulsa berperan mengubah keadaan iklim mikro yang dapat mempengaruhi sifat tanah dan pertumbuhan tanaman (Soewardjo, 1981). Mulsa dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan asalnya yaitu : mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai dan pemberian mulsa organik dilakukan setelah benih ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah ditemukan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah : alang-alang/ jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah : mulsa plastik atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum benih ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam budidaya cabai atau melon. Respon setiap jenis tanaman terhadap pemberian mulsa bervariasi. Pemberian mulsa pada tanaman kentang akan meningkatkan jumlah daun dan hasil umbi dengan meningkatkan hasil umbi berukuran besar dan mengurangi umbi berukuran kecil (Sutater, 1987). Pada tanaman tomat pemberian mulsa tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tetapi meningkatkan 15 % dan 16.3 % hasil total dan hasil yang dapat dipasarkan. Pada tanaman vanillin pemberian mulsa berpengaruh terhadap jumlah daun, panjang sulur, jumlah ruas, dan bobot basah buah (Syakir et al., 1994). 5 Penggunaan mulsa masih belum biasa dilakukan pada budidaya tanaman gandum hingga sekarang dan pemilihan jenis mulsa yang cocok untuk tanaman gandum juga masih belum diketahui sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Genotipe Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.)” di Alahan Panjang Kabupaten Solok”.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
S Agriculture > SB Plant culture
Divisions: Fakultas Pertanian
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 02 Mar 2016 02:23
Last Modified: 02 Mar 2016 02:23
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2690

Actions (login required)

View Item View Item