IDENTIFIKASI EKSTRAK HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) DALAM SEDIAAN OBAT HERBAL DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

MELKI, ABDIMAS (2013) IDENTIFIKASI EKSTRAK HERBA SELEDRI (Apium graveolens L.) DALAM SEDIAAN OBAT HERBAL DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
295.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar nomor 2 di dunia, Indonesia sangat kaya akan sumber-sumber bahan yang bisa dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai obat tradisional. Hal ini merupakan peluang yang harus dapat dimanfaatkan karena hampir 119 senyawa obat modern merupakan hasil pengembangan dari senyawa yang terdapat dalam tanaman obat (Sampurno, 2002). Menurut Kassahara dan Hemmi (1986), dari 28.000 jenis tumbuhan yang ditemukan di Indonesia, kurang lebih 7.000 jenis diantaranya adalah tumbuhan obat. Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama dikenal masyarakat Indonesia jauh sebelum pelayanan kesehatan menggunakan obatobatan sintetik. Obat tradisional selain murah dan mudah di dapat, obat tradisional juga memiliki efek samping yang jauh lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia (Setiawan, 2010). Salah satu contoh tumbuhan obat adalah seledri (Apium graveolens L) merupakan tanaman suku apiaceae/umbeliferae yang mempunyai khasiat sebagai obat (Fazal, 2012). Pada awalnya seledri dikenal sebagai sayuran untuk campuran salad, sup, dan penambah aroma pada masakan. Namun, berdasarkan hasil analisis secara farmakologis ditemukan bahwa hampir semua bagian dari tumbuhan tersebut memiliki khasiat sebagai obat. Akar seledri berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik) dan memacu enzim pencernaan (skomakik). Biji dan 3 buahnya berkhasiat sebagai pereda kejang (antispasmodik), menurunkan kadar asam urat darah, antirematik, peluruh kencing (karminatif), perangsang (afrodisiak), dan penenang (sedatif). Sedangkan herba seledri tonik, skomakik, menurunkan tekanan darah (hipotensif), pembersih darah, memperbaiki fungsi hormon yang terganggu, mengeluarkan asam urat yang tinggi (Dalimartha 2000). Kandungan seledri yang telah diidentifikasi diantaranya flavonoid seperti apigenin, apiin, dan apiol. Selain itu, seledri juga mengandung manitol, inositol, asparigina, glutamina, kolina, dan linamarosa (Soedibyo, 1998). Kandungan senyawa aktif dalam herba seledri yang berperan sebagai antihipertensi adalah flavonoid. Salah satu senyawa flavonoid yang turut berperan sebagai kandungan aktif antihipertensi adalah apigenin, suatu flavon dengan gugus hidroksi bebas pada atom karbon nomor 5,7 dan 4’ (Duke, 2001). Suatu penelitian menunjukkan bahwa apigenin merupakan bagian dari flavonoid yang berperan sebagai agen vasorelaksasi (Zhang, Park, Kim., 2002) Seledri merupakan salah satu tumbuhan obat yang telah menjadi produk fitofarmaka, yaitu obat bahan alam yang telah memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, khasiatnya telah dibuktikan secara klinis dan bahan baku yang digunakan dalam produk jadinya telah melalui proses standardisasi. Bersama dengan tumbuhan obat kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), seledri diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah dan dapat digunakan dalam pengobatan hipertensi ringan (BPOM, 2008). Standarisasi ekstrak terdiri dari penentuan parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik yaitu identifikasi senyawa penanda yang terkandung 4 dalam ekstrak tumbuhan obat. Senyawa penanda merupakan senyawa yang menjadi karakteristik ekstrak yang digunakan untuk identifikasi. Dalam kendali mutu dan uji stabilitas produk tanaman obat, analisis kromatografi sidik jari merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan komponen-komponen kimia yang terdapat pada produk tersebut. Pola sidik jari kromatografi menunjukkan pemrofilan keseluruhan komponen karena dapat memrepresentasikan keragaman komponen yang ada dalam tanaman obat tanpa memerhatikan jenisnya. Beberapa teknik kromatografi seperti kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), kromatografi gas, elektroforesis kapiler, dan kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan untuk analisis sidik jari tersebut (Liang et al. 2004). Berdasarkan hal diatas maka dilakukan penelitian Identifikasi Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolensL.) dalam Sediaan Obat Herbal dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Pada penelitian ini dilakukan pengujian parameter spesifik suatu obat herbal yang dalam komposisinya mengandung ekstrak seledri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang standarisasi obat bahan alam. Selain itu, hasil penelitian dapat bermanfaat dalam membantu menjamin mutu sediaan yang beredar di pasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem kromatografi lapis tipis dapat digunakan dalam mengidentifikasi ekstrak herba seledri dalam sediaan obat herbal dan untuk membuktikan adanya ekstrak herba seledri dalam sediaan obat herbal. Simplisia seledri dan sampel obat herbal diuji dengan kromatografi lapis tipis untuk membandingkan komposisi kimia dan pola sidik jarinya.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 02 Mar 2016 02:19
Last Modified: 02 Mar 2016 02:19
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2639

Actions (login required)

View Item View Item