PREDIKSI EROSI DI LAHAN SAYURAN PADA SUB DAS SANGIR BAGIAN HULU DAS BATANG HARI

DANUL, RAHMAN (2013) PREDIKSI EROSI DI LAHAN SAYURAN PADA SUB DAS SANGIR BAGIAN HULU DAS BATANG HARI. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
264.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (741kB)

Abstract

Tanah adalah bagian bumi yang sangat mudah mengalami kerusakan, salah satu penyebab terbesarnya adalah erosi. Di daerah beriklim tropika basah seperti Indonesia, erosi air merupakan erosi yang paling membahayakan. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifatsifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik. Berbedanya tipe penggunaan lahan, jenis tanah dan kemiringan tanah menyebabkan berbedanya laju erosi yang terjadi. Hal ini berhubungan dengan manajemen yang diberikan pada suatu lahan, misalnya bila tanaman tahunan dialih fungsikan menjadi lahan sayuran akan memberi pengaruh erosi dan aliran permukaan yang lebih besar. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kawasan sumber daya alam yang tidak dapat terlepas dari hutan, tanah dan air. Masing-masing unsur mempunyai hubungan yang erat antara satu dan yang lainnya. Hutan dapat mendukung kehidupan wilayah DAS, sedangkan tanah dan air sebagai penyusun DAS merupakan dua sumber daya alam utama yang peka terhadap kerusakan. Menurut Wudianto (2000) DAS dapat dibagi dalam tiga komponen yaitu hulu, tengah, dan hilir. Ekosistem bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan sebagai pengatur aliran. Ekosistem bagian tengah sebagai daerah distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem hilir merupakan pemakai air. Bagian hulu pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang paling rentan mengalami kerusakan tanah yang disebabkan oleh erosi air, penyebabnya adalah adanya tingkat kemiringan yang tinggi dan kurangnya penerapan kaedah konservasi tanah dan air pada lahan budidaya. Salah satu DAS yang telah mengalami kerusakan yang cukup parah adalah DAS Batang Hari. Eksploitasi hutan pada kawasan DAS Batang Hari dilakukan secara berlebihan. Hanya 26 % (0,6 juta hektar) dari total luas hutan dikawasan DAS Batang Hari yang masih tersisa. DAS Batang Hari terdiri dari 6 sub DAS besar, yaitu : Sub DAS Batang Hari Hulu, Batang Tebo, Batang Tabir, Sangir, dan Batang Merangin. 3 Sebagian besar sub DAS berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) (Warsi, 2003). Sub DAS Sangir merupakan salah satu sub DAS Batang Hari yang bagian hulunya terletak dilereng Gunung Kerinci, yang merupakan daerah yang menjadi pusat pertanaman sayuran di Kerinci Jambi. Hal ini menyebabkan sub DAS Sangir bagian tengah dan hilir mengalami dampak kerusakan yang sangat serius. Dampak dari pertanian sayur-sayuran yang diusahakan pada bagian hulu sungai terlihat jelas dari perubahan warna air sungai dan debit sungai yang mengalami perubahan drastis pada waktu hujan dan kemarau. Kemungkinan besar hal tersebut dikarenakan oleh tingkat erosi yang tinggi terjadi pada bagian hulu sungai. Lahan pada hulu sub DAS Sangir berada di dataran tinggi vulkan Gunung Kerinci dengan tanah berbahan induk abu vulkan yang cukup subur tetapi peka terhadap erosi. Lereng Gunung Kerinci merupakan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1200 m dpl yang merupakan sentral penanaman sayuran di Provinsi Jambi. Aktivitas budidaya tanaman semusim didataran tinggi yang intensif pada lahan-lahan yang berbukit dan berlereng curam berpengaruh terhadap kondisi tanahnya yaitu berkurangnya tingkat kesuburan tanah akibat lapisan atasnya tererosi. Pertanian dilereng Gunung Kerinci berubah drastis dari perladangan kulit manis menjadi pertanaman sayuran sehingga terjadinya erosi yang sangat tinggi, ditambah lagi dengan bentuk lahan yang berlereng curam serta curah hujan yang cukup tinggi. Sampai sekarang usaha budidaya sayuran dikawasan hulu Sangir masih tetap berjalan dengan sistem pertanian yang tidak mengikuti kaedah konservasi. Sehingga diperkirakan tingkat erosi yang terjadi pada lahan budidaya sayuran masih tetap tinggi dan terus meningkatkan sedimentasi pada bagian tengah dan hilir sungai. Pengelolaan lahan pada budidaya sayuran dataran tinggi umumnya sederhana dan bersifat tradisional, dicirikan oleh cara penanaman yang tidak mengikuti kaedah konservasi menyebabkan produktivitasnya terus menurun. Penurunan jumlah luas tanam dari tahun 2004 sampai 2009 sangat signifikan. Menurut (BPS Kerinci 2004 dan 2010) , pada tahun 2004 luas tanam cabai di 4 Kerinci mencapai 1.310 ha dan kubis 2.314 ha lebih tinggi dibandingkan dengan luas tanam tahun 2009 yaitu luas tanam cabai 831 ha dan kubis 780 ha. Dengan adanya kondisi tersebut maka penulis telah malakukan penelitian dengan judul: “Prediksi Erosi di Lahan Pertanaman Sayuran Pada Sub DAS Sangir Bagian Hulu DAS Batang Hari”, agar dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisis besarnya erosi yang terjadi dilahan pertanaman sayuran pada DAS sangir bagian hulu.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
S Agriculture > SB Plant culture
Divisions: Fakultas Pertanian > Agroekoteknologi
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 01 Mar 2016 04:44
Last Modified: 01 Mar 2016 04:44
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2542

Actions (login required)

View Item View Item