HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA TEKNIK ANGKATAN 2011 DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS

NICY, GUSVITA SARI (2015) HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA TEKNIK ANGKATAN 2011 DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS. Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
716.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (730kB)

Abstract

Menurut Istiqomah perilaku merokok adalah tindakan menyalakan api pada rokok atau cerutu atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian dihisap untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut yang dinilai berdasarkan intensitas rokok yang dihisap (Satria, 2014). Menurut komalasari & helmi dalam bambang (2015) perilaku merokok dapat juga didefnisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Aditama (2002), perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Rokok merupakan zat adiktif yang dapat membahayakan kesehatan individu atau masyarakat yang mengkonsumsinya. Meningkatnya prevalensi merokok menyebabkan masalah rokok semakin menjadi serius. Jumlah perokok di dunia mencapai 1,35 miliar orang. Di US di perkirakan perokok remaja sebanyak 4,5 juta orang. Diantara remaja yang merokok menghabiskan 100 batang rokok selama hidupnya, mereka mengatakan ingin berhenti merokok tapi tidak bisa. Saat ini pada 3,800 remaja ≤ 18 tahun memulai merokok untuk pertama kali sedangkan 850 lainnya mulai mengkonsumsi rokok sehari-hari (CDC, 2012). Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertambahan penduduk yang sangat pesat. Hal ini mengakibatkan banyak sekali masalah yang timbul, terutama permasalah yang berkaitan dengan kesehatan tersebut, pemerintah membuat rumusan MDGS yang salah satunya adalah mengendalikan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. Salah satu penyakit menular tersebut ialah TB yang salah satu faktor resikonya adalah merokok (sedyaningsih, 2010). Indonesia menduduki peringkat kelima dalam konsumsi rokok dunia yaitu 181.958 milyar batang rokok dalam satu tahun, setelah jepang yang menduduki peringkat ke empat, yang menghabiskan 299,085 milyar batang rokok dalam satu tahun sementara peringkat ke tiga adalah rusia yang menghabiskan 375.000 milyar batang rokok dalam satu tahun, dan peringkat pertama adalah china yang juga sebagai salah satu negara dengan padat penduduk yang menduduki peringkat pertma yang mampu menghabiskan 1.697.291 milyar batang rokok dalam satu tahun (Tjandra, 2011). Di negara-negara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat. Pada tahun 1994 prevalensi perokok penduduk ≥ 15 tahun adalah 26,9%. Pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,5%. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 34,2% (Riskesdas, 2013). Di Indonesia proporsi perokok aktif umur 15-19 tahun adalah 11,2 % sedangkan proporsi perokok umur 20-24 tahun adalah 27, 2%. Dari data WHO terhadap perilaku merokok di Indonesia memperlihatkan prevalensi perokok laki-laki lebih tinggi dari pada perokok wanita, yaitu perokok laki-laki sebanyak 64% dari jumlah penduduk laki-laki sedangkan perokok wanita sebanyak 2,1% dari penduduk wanita. Menurut penelitian Global Adults Tobacco Survey (GATS) pada penduduk kelompok umur ≥15 tahun, proporsi perokok laki-laki sebanyak 67,0 % sedangkan perempuan sebanyak 2,7% (riskesdas 2013). Provinsi Sumatera Barat urutan kedelapan dari seluruh provinsi di Indonesia dengan perokok aktif setiap hari sebanyak 26,4 % dari jumlah penduduk yang ada di Sumatera Barat dan perokok kadang-kadang sebanyak 3,9% dari seluruh penduduk di Sumatera barat (riskesdas 2013). Menurut survey menemukan 16 % mahasiswa melapor merokok selama sebulan terakhir dan prevalensi mahasiswa merokok juga termasuk tinggi yaitu 24,5 % sampai 28, % (CDC, 2012). Banyak faktor yangmempengaruhi perilaku merokok salah satunya menurut Sabanada (Ayuningtyas, 2011) yaitu faktor psikiatrik, adanya kecemasan. individu yang memperlihatkan gejala cemas mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk memulai rokok daripada individu yang tidak mengalami kecemasan. Mahasiswa yang mengalami cemas akan sering merokok karena mereka menganggap dengan melakukan hal ini akan membuat pikiran tenang dan rileks (Nasution, 2007). Kecemasan adalah perasaan takut, gelisah, ragu-ragu akibat ancaman nyata atau dirasakan (Varcarolis & Halter, 2010). Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari kehidupan. Menurut Hawari (2008) gejala-gejala yang ditunjukkan oleh orang yang mengalami kecemasan dapat bersifat fisik (somatik) maupun psikis. Gejala muncul secara fisik antara lain, rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya. Gejala yang bersifat psikis antara lain merasa takut, khawatir, firasat buruk takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, gangguan konsentrasi, gangguan pola tidur, takut sendirian, tidak tenang, gelisah, merasa tegang, mudah terkejut. Beberapa gejala-gejala ini banyak terlihat pada mahasiswa yang tingkat akhir. Kecemasan dalam mengerjakan tugas akhir adalah respon emosional individu yang dapat menimbulkan persaaan yang tidak berdaya dan tidak nyaman dalam menyelesaikan tugas akhir. Fakultas Teknik Universitas Andalas adalah salah satu fakultas di universitas andalas yang memiliki lima jurusan yaitu teknik mesin, teknik industri, teknik lingkungan, teknik civil, dan teknik elektro. Mahasiswanya yang dominan adalah mahasiswa laki-laki dan dari kaum minoritas adalah mahasiswi perempuan. Menurut penelitian Bambang (2015) mengenai gambaran perilaku merokok di fakultas teknik universitas andalas mengatakan bahwa fakultas teknik memiliki angka perokok aktif yang tinggi. Dan motif merokok adalah 37 % karena pengaruh lingkungan, 23% untuk mengurangi kecemasan atau rasa bosan, 25% karena kebiasaan, 25 merasa kenikmatan dan relaksasi, 52% karena tidak merokok sulit untuk berkonsentrasi. Berdasarkan hasil penelitian dari Gunawan mengatakan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok dengan p value p= 0,000. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada 10 orang mahasiswa teknik angkatan 2010 di fakultas teknik universitas andalas didapatkan 4 orang mahasiswa mengalami kecemasan ringan, 5 orang mengalami kecemasan sedang dan 1 orang mengalami kecemasan berat. Mahasiswa yang mengalami kecemasan ringan mengalami gejala tidak tenang, gelisah, dan mudah marah. Kecemasan edang yang dialami oleh 5 orang mahasiswa mengatakan mengalami gejala ketegangan, sakit kepala, mual, pusing dan mimpi buruk. Sedangkan 1 oran yang mengalami kecemasan berat mengalami gejala takut akan fikiran sendiri, lesu, gelisah, insomnia, kurang nafsu makan, jantung berdebar-debar. Dari 10 mahasiswa teknik tersebut, 9 mahasiswa mengatakan merokok dalam satu bulan terakhir dan alasan yang di paparkan diantaranya untuk meningkatkan konsentrasi, mengurangi rasa bosan, mengurangi kecemasan dan merokok bisa membuat rileks. Melihat penjelasan di atas, hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti “hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku merokok mahasiswa Teknik Angkatan 2011 di Fakultas Teknik Universitas Andalas”.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
R Medicine > RT Nursing
Divisions: Fakultas Keperawatan
Depositing User: Ms Lyse Nofriadi
Date Deposited: 01 Mar 2016 03:54
Last Modified: 01 Mar 2016 03:54
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2414

Actions (login required)

View Item View Item