PENGARUH CAPITAL INFLOW TERHADAP INFLASI DI INDONESIA (Periode Analisis Tahun 2002-2013)

DIMAS, RYANDHA (2015) PENGARUH CAPITAL INFLOW TERHADAP INFLASI DI INDONESIA (Periode Analisis Tahun 2002-2013). Diploma thesis, UPT. Perpustakaan.

[img] Text
454.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (948kB)

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim investasi yang cukup menjanjikan bagi investor asing. Indonesia harus siap menghadapi aliran modal asing dalam usaha menjaga stabilitas moneter pada perekonomian dunia yang kini semakin terintegrasi. “Indonesia, sebagaimana negara emerging market lainnya mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, sementara di sisi lain, pada saat yang sama negara – negara maju menerapkan kebijakan moneter yang ekstra longgar dengan suku bunga yang relatif rendah. Kedua faktor tersebut sangat berperan dalam pergeseran aliran modal internasional ke emerging market yang mempunyai tingkat pengembalian yang lebih baik dan didukung oleh kinerja ekonomi dan resiko yang membaik”. (IMF. 2010). Semakin meningkatnya arus modal masuk asing dalam berinvestasi di Indonesia ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah foreign direct investment (FDI). Laporan yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melalui Investment Realization Progress menyatakan bahwa dalam kurun tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010 sebesar 148.0 trilyun rupiah, tahun 2011 menjadi sebesar 175.3 triliun rupiah, dan kembali mengalami peningkatan menjadi 270.4 triliun rupiah di tahun 2013. Ini menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap 2 Indonesia oleh investor asing untuk melakukan penanaman modal semakin berkembang. Masuknya aliran modal asing ke Indonesia merupakan suatu bentuk adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Vu et al (2007) mengemukakan bahwa “FDI memiliki efek positif secara statistik dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang beroperasi secara langsung dan melalui interaksi dengan tenaga kerja”. Derasnya aliran masuk asing mampu memberikan kontribusi positif yaitu akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan arus investasi asing akan semakin meningkat. Semakin besarnya jumlah ketersediaan likuiditas global menimbulkan alternatif sebagai sumber pembiayaan bagi perekonomian. Penetrasi tersebut akan turut pula memberikan ruang gerak dalam mempengaruhi perilaku perekonomian domestik. Dampaknya adalah ketergantungan terhadap aliran modal asing sekaligus untuk memenuhi permintaan terhadap modal asing yang memiliki peran dalam mempengaruhi harga obligasi, SUN, saham dan exchange rate. Jika peningkatan capital inflow terdapat kecenderungan penguatan nilai mata uang domestik, maka penurunan efektivitas industri ekspor mungkin memberikan peningkatan inflasi. Bank Indonesia (2011) menyebutkan “adjustment of the exchange rate or exchange rate depreciation due to capital outflows caused contraction of the economy and triggering inflationary”. Tidak hanya memicu terjadinya inflasi, peningkatan capital inflow juga menyebabkan adanya apresiasi mata uang, penurunan daya saing ekspor, meningkatnya volatilitas nilai tukar, memicu gelembung aset, dan menambah kompleksitas manajemen kebijakan moneter. 3 Dalam menangapi isu inflasi dalam peningkatan arus modal asing ke negara emerging market, beberapa ekonom telah memberikan pendapat masing-masing. Hasil penelitian mereka menghasilkan suatu kesimpulan yang pro dan kontra hadirnya indikasi inflasi muncul di negara-negara emerging market. Shumaila et al. (2012) dalam kasus di Pakistan menunjukkan bahwa ekspor barang jasa, investasi asing langsung (FDI), pengiriman uang (Remittances), dan inflasi ada hubungan positif. Penelitian yang mendukung yaitu oleh Rashid et al. (2010) menyatakan bahwa tingkat pinjaman, saldo aktual yang mereka terapkan secara linear dan nonlinear ko-integrasi dan melalui tes kausalitas Granger menemukan bahwa selama 7 tahun terakhir ada dampak inflasi yang signifikan dari arus masuk modal asing. Sementara pada penelitian kasus di China oleh Liu (2011), memeriksa dampak capital inflow terhadap inflasi dengan menggunakan VEC granger causality yang menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan. Penelitian lainnya yaitu Dvorak (1997) berdasarkan penemuan pada periode Juni 1992 hingga Maret 1995 mengemukakan bahwa capital inflow di Republik Ceko umumnya disebabkan oleh peningkatan permintaan uang. Para agen ekonomi ingin mengatur uang luar negeri pada tingkat yang lebih tinggi. Sehingga dapat dibantah bahwa capital inflows tidak mempunyai efek inflasi pada ekonomi Republik Ceko. Sementara hasil yang kontras ditemukan oleh Faille (2011) mengatakan capital inflow tidak perlu mengarah pada inflasi dan oleh Agcaoili (2011) arus modal yang kuat ke pasar negara berkembang termasuk Filipina masih bisa diserap oleh ekonomi domestik tanpa mendorong inflasi. Temuan ini mendorong minat penulis dalam memeriksa kajian yang sama namun melakukan penelitian yang fokus pada bagaimana pengaruh aliran modal 4 asing terhadap tingkat inflasi di Indonesia sebagai salah satu negara emerging market dengan judul penelitian Pengaruh Capital Inflow terhadap Inflasi di Indonesia periode 2002-2013. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak pengambil kebijakan moneter dalam mengendalikan kemungkinan munculnya inflasi yang disebabkan oleh arus masuk modal asing (capital inflow). 1.2 Rumusan Masalah Masuknya aliran modal asing adalah suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dan sudah menjadi salah satu cara dalam menghadapi pendanaan operasional perekonomian domestik ditengah keterbatasan modal dalam negeri. Sehingga peningkatan modal dari luar adalah salah satu opsi pemerintah. Namun tentu saja dengan resiko yang akan ditimbulkan karena adanya aliran modal asing yang masuk ke pasar domestik akan berpengaruh pada stabilitas keuangan yang sifatnya dinamis. Pemerintah memiliki peran dalam melakukan pengawasan dengan tujuannya menstabilkan keadaan keuangan. Disatu sisi pemerintah perlu memperhatikan ketersediaan modal dalam kegiatan investasi dan disisi lain juga perlu mengkaji kualitas aliran modal dalam melakukan investasi dan pengendalian resiko yang mungkin mendorong terjadinya krisis. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada aliran modal asing yang masuk, ada indikasi terjadinya resiko stabilitas keuangan yang akan menimbulkan tekanan inflasi. Pembahasan dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada, pertama, apakah aliran modal asing yang masuk (capital inflow) mempengaruhi tingkat 5 inflasi di Indonesia? Kedua, bagaimana pengaruh variabel makro lainnya dalam mempengaruhi inflasi? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis aliran modal asing yang masuk (capital inflow) terhadap tingkat inflasi di Indonesia. 2. Menganalisis pengaruh variabel makro lain terhadap tingkat inflasi di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan penambahan wawasan bagi pihak-pihak terkait yaitu 1. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, sebagai bahan pertimbangan terhadap permasalahan ekonomi, dengan demikian diharapkan dapat menentukan kebijakan dengan tepat. 2. Peneliti berikutnya, sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut. 6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan menggunakan data deret waktu bulanan dari periode 2002-2013 di Indonesia dengan menggunakan metode analisis VAR/VECM. 1.6 Sistematika Penelitian BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika penulisan, dan gambaran umum tentang penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Kajian pustaka berisikan tentang studi pustaka terhadap penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Dari proses ini ditemukan kelemahan atau kekurangan pada penelitian yang lalu, sehingga dapat dijelaskan di mana letak hubungan, perbedaan maupun posisi penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut sekaligus menghindari duplikasi. Serta berisi deskripsi teoritis mengenai teoriteori yang digunakan sebagai dasar penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Berisikan tentang data – data penelitian, sumber data dan metode perhitungan serta model pengujian yang akan dilakukan terhadap data – data yang diperoleh. 7 BAB IV GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan tentang perkembangan capital inflow di Indonesia, khususnya perkembangan investasi langsung luar negeri (FDI) dan variabel makro ekonomi lainnya di Indonesia. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini memaparkan hasil penelirtian dan analisa dari proses data. Hasil penelitian dengan menggunakan unit root test, uji kointegrasi, error correction model (VECM) dan uji Granger causality, uji impuls respon function, dan variance decomposition. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini adalah bagian akhir dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Inflasi Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum dan terjadinya penurunan nilai uang. (Rimsky K. Judisseno, 2002; 16). Akan tetapi apabila hanya terdapat kenaikan harga pada satu atau dua barang saja, hal ini tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1985:161). Dalam sebuah buku yang berjudul Teori Ekonomi Makro karangan Dwi Eko Waluyo pada tahun 2002 yang menyebutkan bahwa inflasi adalah salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering muncul dan dialami oleh semua negara, kecenderungan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Bahkan mungkin kenaikan tersebut dapat terjadi dengan tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). 9 Boediono (2001:162) menggolongkan inflasi menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu: 1. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun) 2. Inflasi sedang (antara 10-30% setahun) 3. Inflasi berat (antara 30-100% setahun) 4. Hiperinflasi (diatas 100% setahun) Menurut Samuelson & Nordhaus (2004) berpendapat bahwa berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Merayap (Creeping Inflation) Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. 2. Inflasi menengah (Galloping Inflation) Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. 3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja. Berdasarkan Bank Indonesia dalam Kerangka Kebijakan Moneter Yang Baru disebutkan bahwa inflasi terjadi dikarenakan adanya tekanan dari sisi supply 10 (cost push Inflation), dari sisi permintaan (demand pull Inflation), dan juga dari ekspektasi Inflasi. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework) Cost push Inflation atau Inflasi yang berasal dari sisi penawaran dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negaranegara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered prices), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya jalur distribusi. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework) Untuk inflasi yang terjadi dari sisi penawaran ini, biasanya tidak bisa langsung “tersentuh” oleh kebijakan moneter Bank Indonesia. Hal ini disebabkan karena sisi penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang tidak bisa dikendalikan oleh Bank Indonesia. Demand pull Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi permintaan adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregat demand) lebih besar daripada kapasitas perekonomian. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework) Inflasi yang berasal dari sisi permintaan ini bisa dikendalikan oleh kebijakan Bank Indonesia, dengan cara mengendalikan tingkat permintaan atas suatu barang dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, dan diantaranya adalah denganjalur suku bunga atau BI Rate. Faktor terakhir penyebab inflasi menurut Bank Indonesia adalah karena adanya ekspektasi Inflasi. Ekspektasi Inflasi adalah Inflasi yang timbul karena perilaku masyarakat dan perilaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau 11 forward looking. (Bank Indonesia dalam Inflation Taegting Framework) Ekspektasi Inflasi ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal dan tahun baru) dan penentuan Upah Minimum Regional (UMR). Laju indeks harga konsumen ( IHK ) permanen ( core inflation ) adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa ( permintaan agregat ) dalam perekonomian, beberapa factor yang dapat menjadi penyebab laju inflasi yang bersifat permanen adalah interaksi antara ekspektasi masyarakat terhadap laju inflasi, jumlah uang yang beredar, factor siklus kegiatan usaha dan tekanan permintaan musiman. Menurut Mc Eachern (2000: 134) “ indeks harga konsumen adalah mengukur biaya dari “ satu kernjang ” barang dan jasa konsumen dari waktu ke waktu.” Indeks haga konsumen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
H Social Sciences > HB Economic Theory
Divisions: Fakultas Ekonomi > Ilmu Ekonomi
Depositing User: Ms Randa Erdianti
Date Deposited: 29 Feb 2016 06:47
Last Modified: 29 Feb 2016 06:47
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2288

Actions (login required)

View Item View Item