Tetrastichus brontispae (Ferriere) (Hymenoptera: Eulophidae), Parasitoid Brontispa longissima (Gestro) (Coleoptera: Chrysomelidae) : Biologi Dan Preferensi Terhadap Stadia Inang, Serta Pengaruh Kerapatan Populasi Parasitoid Betina Terhadap Perkembangannya

ZAHLUL, IKHSAN (2015) Tetrastichus brontispae (Ferriere) (Hymenoptera: Eulophidae), Parasitoid Brontispa longissima (Gestro) (Coleoptera: Chrysomelidae) : Biologi Dan Preferensi Terhadap Stadia Inang, Serta Pengaruh Kerapatan Populasi Parasitoid Betina Terhadap Perkembangannya. Masters thesis, UPT. Perpustakaan.

[img] Text
465.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (784kB)

Abstract

Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima) merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman kelapa dan penyebarannya cukup luas. Tetrastichus brontispae Ferriere adalah parasitoid yang telah berperan sangat penting dalam mengendalikan hama B. longissima di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium yang memiliki suhu 24-30 oC serta kelembapan 68% dengan tujuan untuk mempelajari parameter biologi parasitoid T. brontispae dan Preferensi T. brontispae terhadap stadia larva dan pupa B. longissima, serta pengaruh kerapatan populasi parasitoid T. brontispae betina terhadap perkembangannya. Kajian biologi T. brontispae dilakukan dengan menggunakan pupa muda B. longissima sebagai inang dan parameter pengamatan yaitu : 1) Perkembangan stadia pradewasa, 2) lama hidup, keperidian dan jumlah inang yang diparasit 3) nisbah kelamin. B. longissima dan T. brontispae diambil dari lahan tanaman kelapa di Kenagarian Panarian, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Untuk mempelajari perkembangan stadia pradewasa, pupa muda B. longissima yang ada dalam janur kelapa dipaparkan kepada imago T. brontispae betina selama 3 jam (09.00-12.00). Pengamatan dengan pembedahan B. longissima yang telah dipaparkan dilakukan setiap hari sampai imago parasitoid muncul. Pengamatan lama hidup imago T. brontispae dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuannya adalah inang+madu, inang, madu, aquades. Eksperimen ini dilakukan dengan memasukkan sepasang imago T. brontispae yang baru muncul dari inang ke dalam tabung reaksi yang berisi pupa muda B. longissima yang diletakkan di lipatan janur kelapa. Setiap 24 jam dilakukan penggantian B. longissima sampai imago parasitoid mati. Pengamatan keperidian, jumlah inang yang diparasit dan nisbah kelamin T. brontispae dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuannya adalah inang+madu dan inang+aquades. Eksperimen ini dilakukan dengan memasukkan sepasang imago T. brontispae yang baru muncul dari inang ke dalam tabung reaksi yang berisi pupa muda B. longissima yang diletakkan di lipatan janur kelapa. Setiap 24 jam dilakukan penggantian B. longissima sampai imago parasitoid mati. Preferensi T. brontispae dipelajari dengan memasukkan sehelai janur kelapa yang berisi 15 ekor B. longissima yang terdiri dari masing-masing 5 ekor larva instar III, 5 ekor larva instar IV dan 5 ekor pupa muda ke dalam kotak plastik, kemudian dilepaskan imago T. brontispae betina yang telah berkopulasi. Pemaparan dibiarkan berlangsung selama 24 jam dan kemudian dihitung jumlah larva dan pupa inang yang terparasit. Pengaruh kerapatan populasi parasitoid T. brontispae terhadap perkembangannya dipelajari dengan cara memaparkan seekor pupa muda B. longissima pada T. brontispae betina dengan jumlah 1, 3, 5, 7 dan 9 ekor parasitoid sebagai perlakuan. Parameter yang diamati adalah jumlah imago parasitoid yang muncul dan lama stadia pradewasa T. brontispae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa perkembangan T. brontispae sejak telur hingga menjadi imago adalah 18,95 ± 0,75 hari. Lama hidup imago T. brontispae betina pada perlakuan penyediaan inang+madu, inang, madu, dan aquades berturut- turut adalah 9,7 ± 0,82, 4,7 ± 0,48, 3,5 ± 0,53 dan 2,9 ± 0,57 hari. Tanpa pakan madu, keperidian seekor betina adalah 10,90 ± 1,37 butir dan memarasit B. longissima berkisar 1-2 ekor, sedangkan dengan pakan madu keperidian mencapai 17,50 ± 1,08 butir dan memarasit B. longissima berkisar 1-3 ekor. Pakan madu berperan dalam memperpanjang lama hidup, meningkatkan keperidian dan jumlah inang yang diparasit oleh T. brontispae. Kajian preferensi mengungkapkan bahwa rataan banyaknya B. longissima yang diparasit oleh T. brontispae pada stadia pupa muda (4,80 ± 0,52 ekor) lebih tinggi dibandingkan pada larva instar IV (2,0 ± 0,47 ekor) dan juga lebih tinggi dibandingkan pada pada larva instar III (0,6 ± 0,42 ekor). Semakin tinggi tingkat kerapatan parasitoid pada inang, maka semakin sedikit jumlah keturunan parasitoid yang muncul dari inang dan semakin panjang waktu yang dibutuhkan parasitoid untuk berkembang menjadi imago. Pengendalian hayati merupakan tindakan yang harus diutamakan dalam pengendalian hama. Manipulasi lingkungan dengan meningkatkan keberadaan tanaman vegetasi berbunga pada areal tanaman kelapa perlu dilakukan untuk mendukung keberadaan parasitoid, karena nektar yang ada pada bunga dapat meningkatkan keperidian dan kemampuan parasitisasi T. brontispae.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: Q Science > Q Science (General)
Q Science > QK Botany
Divisions: Pascasarjana Tesis
Depositing User: Ms Randa Erdianti
Date Deposited: 29 Feb 2016 03:14
Last Modified: 29 Feb 2016 03:14
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2197

Actions (login required)

View Item View Item