Deteksi GenCytochrome b Babi PadaBurger yang Beredar di Kota Padang dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR)

ARLIN, DESWINA (2013) Deteksi GenCytochrome b Babi PadaBurger yang Beredar di Kota Padang dengan Metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Diploma thesis, Universitas Andalas.

[img] Text
166.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (4MB)

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas masyarakat beragama Islam sehingga menjadi kewajiban negara untuk memperhatikan kehalalan makanannya. Pada era perdagangan global, dimungkinkan terjadinya impor bahan makanan dalam bentuk olahan atau mentah dari negara lain ke Indonesia tanpa melalui proses pengujian. Sejumlah produk telah disertifikasi halal oleh MUI termasuk produk pangan berbahan daging. Namun, masih ditemukan beberapa kasus pencampuran daging babi pada produk daging sapi olahan (Pratami, 2011). Tujuan pencampuran tersebut untuk menghasilkan produk akhir dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan jika menggunakan bahan aslinya, mengingat harga daging sapi terus meningkat (Margawati & Ridwan, 2010). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil positif adanya campuran daging babi pada beberapa produk makanan. Pada September 2009, ditemukan kasus pencampuran daging babi dalam daging sapi di pasar tradisional Ibuh, kota Payakumbuh, Sumatera Barat (Sholeh, 2009). Kandungan daging babi juga ditemukan dalam dendeng sapi di kota Malang dan Jawa Timur (Irawati, 2009). Selain beredar di kota Malang, lima produk dendeng sapi yang mengandung babi juga beredar di Bogor, Bandung, Surabaya, dan Bali (Muslichan, 2009; Sucipto, 2009), serta yang paling terbaru, ditemukan campuran daging babi pada steak yang dijual di beberapa restoran di kota Padang (Zetmi, 2012). Hal tersebut tentunya sangat meresahkan penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. 3 Mencermati isu yang merebak mengenai campuran daging babi pada beberapa produk makanan seperti: bakso, steak, dan burger (Adawiah, 2012; Zetmi, 2012) maka perlu dilakukan analisa daging yang digunakan oleh pedagang burger di kota Padang (Margawati & Ridwan, 2010). Penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua negara yaitu Cina dan Swedia menyatakan bahwa, daging babi merupakan penyebab utama kanker anus dan kolon. Babi banyak mengandung parasit, bakteri, bahkan virus yang berbahaya sehingga dikatakan sebagai reservoir penyakit (Wijaya, 2009). Selain itu, dalam Al-qur’an juga tertulis : "telah diharamkan atas kamu bangkai, darah, daging babi, binatang yang disembelih bukan karena Allah, yang (mati) karena dicekik, yang (mati) karena dipukul, yang (mati) karena jatuh dari atas, yang (mati) karena ditanduk, yang (mati) karena dimakan oleh binatang buas kecuali yang dapat kamu sembelih dan yang disembelih untuk berhala" (Al-Maidah: 3). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) burger adalah daging cacah (biasanya daging sapi, tetapi kadang juga daging lain) yang dibentuk bulat, kemudian dipipihkan, digoreng dengan mentega atau dipanggang di atas bara, biasanya dimakan sebagai isi roti bulat, diberi daun selada, saus tomat, dan bumbu lainnya (Cory, 2009). Daging burger merupakan produk olahan daging giling segar. Komposisi utama burger adalah 80% terdiri dari daging. Mendeteksi adanya kandungan daging babi pada makanan dapat dilakukan dengan cara identifikasi gen cytochrome b. Gen cytochrome b adalah gen yang sering digunakan dalam filogenetik untuk membandingkan beberapa spesies pada genus atau famili yang sama. Gen cytochrome b dapat digunakan untuk mendeteksi material hewan dalam produk pangan. Selain itu, gen cytochrome b 4 juga telah banyak digunakan dalam studi yang terkait dengan identifikasi spesies daging mentah maupun daging yang telah mengalami proses pemanasan (Matsunaga, et al., 1999; Tanabe, et al., 2007; Alaraidh, 2008; Dewi, 2011). Cytochrome b merupakan bagian dari cytochrome pada transpor elektron yang terletak di rantai respirasi mitokondria. Cytochrome b terdiri dari delapan transmembran yang dihubungkan oleh daerah intra membran atau ekstra membran. Cytochrome b dikodekan oleh DNA mitokondria (Martinez & Yman, 1998). Cara identifikasi gen yang paling akurat saat ini adalah dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Alat ini ditemukan oleh Kary Mulis pada tahun 1985. Teknik ini merupakan cara yang efektif untuk amplifikasi sekuen DNA target in vitro dan dapat memperoleh 106-109 kali jumlah DNA target awal. Proses ini mirip dengan proses replikasi DNA dalam sel (Yuwono, 2005). PCR merupakan teknik perbanyakan molekul DNA secara enzimatik melalui proses perubahan suhu (Dawson, et al., 1996). Teknologi PCR ini mempunyai kemampuan untuk menganalisa daging yang digunakan dalam produk daging yang telah dimasak atau telah diproses dan mempunyai sensitifitas tinggi (Cornegia, et al., 1997). Molekul DNA berukuran tertentu dapat digandakan jumlahnya dan dilihat sebagai pita yang jelas pada gel agarose elektroforesis (Budiarti, 1993). Perbanyakan jumlah molekul DNA tersebut terjadi secara eksponensial (Hapsari & Misrianti, 2007). Pada penelitian ini dipilih metode PCR dalam mendeteksi cytochrome b sebagai penanda ada atau tidaknya gen babi pada beberapa sampel burger di kota Padang.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Fakultas Farmasi
Depositing User: Ms Ikmal Fitriyani Alfiah
Date Deposited: 26 Feb 2016 08:49
Last Modified: 26 Feb 2016 08:49
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/2157

Actions (login required)

View Item View Item