NANDA, WAHYU ASRIYA (2015) ANALISIS INTENSITAS KUNJUNGAN OBJEK WISATA TAMAN PANORAMA DAN LOBANG JEPANG DI KOTA BUKITTINGGI. Diploma thesis, UPT. Perpustakaan Unand.
Text
201505061443th_skripsi upload.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (613kB) |
Abstract
Latar Belakang Sektor Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi diluar domisili melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari susasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat negara maju dan sebagian kecil masyarakat Negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan - perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manuasia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber , 2006). Perkembangan dunia wisata diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Barat juga telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya permintaan wisata di Kota Bukittinggi. Penanganan yang profesional atas aset pariwisata ini juga perlu ditingkatkan terutama perencanaan dan penataan yang berwawasan alam dan budaya. Menurut Spillane (1987), peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi social (penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayan kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Pengembangan pariwisata 12 diberbagai daerah di indonesia sering menjadi masalah, hal ini di pengaruhi oleh berbagai faktor dan terutama faktor yang lebih dominasi adalah faktor modal dan tenaga kerja yang professional. Hal ini diakibatkan karena kurangnya peran pemerintah dalam upaya untuk mendukung pengembangan pariwisata ini secara professional sehingga pariwisata tidak dapat berkembang pesat. Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian masyarakat negara maju dan masyarakat Indonseia telah menjadi salah satu kebutuhan sebagai akibat meningkatnya pendapatan, aspirasi, dan kesejahteraannya. Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati obyek-obyek sepesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produkproduk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Dengan mendukung pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, jenis wisata ini mampu menjual potensi-potensi yang jarang dilirik pelaku wisata lainnya. Potensi-potensi tersebut dapat berupa keunggulan khas daerahnya maupun atraksi wisata yang khas dari daerahnya yang dapat memperkaya keanekaragaman budaya. Pengembangan sektor pariwisata sebagaimana kedudukannya sekarang ini, merupakan salah satu sektor unggulan (leading sector) dalam perekonomian Nasional yang senantiasa perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Jika ditinjau dari aspek sosial ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan pemerintah, peningkatan penerimaan devisa meningkatkan kewirausahaan nasional dan turut mendorong pembangunan di daerah. 13 Selain itu, pengembangan kepariwisataan harus tetap memperhatikan jumlah penduduk. Jumlah penduduk akan menjadi salah satu modal utama dalam pembangunan kepariwisataan pada masa sekarang dan yang akan datang karena memiliki fungsi ganda, di samping sebagai aset sumber daya manusia, juga berfungsi sebagai sumber potensi wisatawan Nusantara. Dari segi kebudayaan, sektor pariwisata Indonesia memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada wisata asing. Jadi faktor pariwisata memiliki konstribusi yang cukup besar didalam pembangunan nasional, untuk itu segala potensi yang ada di tanah air perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Permintaan pariwisata akan dipengaruhi oleh keadaan wisatawan dan keadaan objek wisata tersebut. Keadaan wisatawan meliputi pendapatan, jarak ke objek wisata, dan hal lainnya. Kemudian keadaan objek wisata meliputi harga objek wisata tersebut dan objek wisata lain sebagai perbandingan, sarana dan prasarana lain yang mendukung peningkatan permintaan pariwisata, kebersihan, dan hal lainnya. Menurut pendapat Yuwana (2010) bahwa harga suatu objek wisata meliputi biaya perjalanan ke objek wisata tersebut, harga tiket masuk, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya membeli cindera mata, dan sebagainya. Harga suatu objek wisata ini mencerminkan seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan suatu individu untuk memperoleh utility pada suatu objek wisata. Sedangkan tingkat pendapatan mencerminkan seberapa besar penghasilan yang diterima individu pada tiap bulannya, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang keinginan untuk melakukan perjalanan wisata juga semakin tinggi dikarenakan kecenderungan seseorang dengan pendapatan tinggi yang bekerja dengan 14 jam kerja yang juga tinggi akan memanfaatkan waktu senggang (Leissure Time) dengan melakukan perjalanan wisata (Budisosetio dalam Yuwana ,2010). Demikian pula jarak juga merupakan hal yang menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan aktivitas wisata. Potensi pengembangan sektor pariwisata di Bukittinggi mempunyai prospek yang cukup potensial karena mempunyai berbagai jenis obyek wisata meliputi: wisata alam, wisata kuliner, kekayaan sejarah, keunikan seni, budaya, dan kekhasan cenderamata. Hal ini disebabkan di Sumatera Barat memiliki banyak tempat wisata dan rekreasi yang mendukung untuk mengembangkan wisata khususnya wisata alam yang menjadi daya tarik utama pada Kota Bukittinggi. Kawasan wisata di Kota Bukittinggi sebagai salah satu aset pariwisata provinsi Sumatera Barat perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini memiliki daya tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Bukittinggi dengan 8 objek wisata yang dikelola pemerintah kota diantaranya Jam Gadang, Lobang Jepang dan Panorama, Taman Marga Satwa, Benteng Fort De Kock, Museum Zoology dan Aquarium, Medan Nan Balinduang, Rumah Kelahiran Bung Hatta dan Rumah Adat Nan Baanjuang, menjadi andalan oleh pemerintah kota dengan realisasi pendapatan tahun 2014 sebesar Rp. 8.509.665.000 dari seluruh objek yang dikelola oleh pemerintah kota. Dalam hal ini Lobang Japang dan Panorama menjadi penyumbang terbesar dalam kontribusi pada bidang pariwisata, dimana didasari karena Taman Panorama dan Lobang Jepang dengan lokasi yang rindang dan mempunyai nilai sejarah maka memiliki nilai tersendiri untuk tempat berekreasi, mulai dari wisatawan lokal, domestik hingga mancanegara untuk menikmati objek tersebut. 15 Bertolak dari hal tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan dunia pariwisata dan lebih menjurus kepada satu objek, yaitu Taman Panorama dan Llobang Jepang dengan judul Analisis Intensitas Kunjungan Objek Wisata Taman Panorama dan Lobang Jepang Kota Bukittinggi.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HB Economic Theory H Social Sciences > HC Economic History and Conditions |
Divisions: | Fakultas Ekonomi > Ilmu Ekonomi |
Depositing User: | Ms Lyse Nofriadi |
Date Deposited: | 25 Jan 2016 09:21 |
Last Modified: | 25 Jan 2016 09:21 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/20 |
Actions (login required)
View Item |