DODY, FAISAL (2015) GAMBARANDNA HUMAN PAPILLOMAVIRUS GENOTYPE DANSITOLOGI PAPSMEAR SECARALIQUID BASED CYTOLOGY PADA WANITA PENGHUNI PANTI REHABILITASI ANDAM DEWI SUKARAMI. Masters thesis, Universitas Andalas.
Text
12.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (3MB) |
Abstract
latar belakang Human papilloma virus (HPV) merupakan penyebab infeksi paling sering yang ditularkan melalui hubungan seksual (sexually transmitted infection). Infeksi persisten, khususnya HPV tipe highrisk, dapat menimbulkan kanker cerviks pada wanita dan kanker anogenital lainnya (Vulva, vagina, penis dan anus), sedangkan infeksi HPV tipe lowrisk dapat menimbulkan kutil kelamin (condiloma acuminata), baik pada wanita maupun pada pria. Pada tahun 1980-an, perkembangan teknik biologi molekular memudahkan deteksi banyak genotipe HPV. Jumlah HPV kurang lebih sebanyak 140 jenis, 20 – 30% dari jenis ini tidak dapat diklasifikasikan, kurang lebih dari 40 tipe HPV sudah teridentifikasi, diantaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual.(WHO,2010) Penelitian di Depertemen Patologi RSCM tahun 2004, dari 12 tipe DNA HPV yang berbeda, dideteksi pada 96% specimen, tiga tipe yeng tersering adalah tipe 16 (44%), 18 (39%), dan 53 (14%). Pada 14 spesimen, ada infeksi HPV multiple. Infeksi HPV multiple itu secara signifikan lebih sering terjadi pada karsinoma adenoskuamosa dibandingkan dengan karsinoma sel skuamosa maupun adenokarsinoma. Distribusi jenis HPV di Indonesia sedikit berbeda dalam hal predominasi dari HPV tipe 18 (Andrijono 2009). Setelah seorang perempuan terinfeksi HPV, dapat terjadi suatu pertumbuhan sel abnormal sehingga dapat terjadi keganasan. 80% sel yang abnormal akan regresi, terutama bila infeksi terjadi perempuan usia dibawah 35 tahun. Jika abnormalitas tersebut bertahan dan menetap dalam jangka waktu lama, sel sel yang abnormal 3 tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. Kanker serviks merupakan salah satu kanker tersering yang dialami wanita di dunia, sekitar 80% terjadi di negara berkembang. Negara-negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika dan Amerika Latin, tercatat sebagai negara dengan prevalensi kanker serviks yang tinggi.(Nuranna.L.dkk,2006). Kanker serviks dianggap penyakit yang dapat dicegah karena memiliki waktu preinvasive yang panjang , program skrining sitologi serviks saat ini tersedia, dan pengobatan lesi preinvasive cukup efektif. Terlepas dari tindakan preventifnya penyakit ini, di Amerika Serikat tahun 2006, didapatkan 9710 kasus baru kanker serviks yang mengakibatkan kematian 3700 jiwa. Meskipun program skrining di Amerika Serikat sudah mapan, diperkirakan 30% kasus kanker serviks akan terjadi pada wanita yang tidak pernah menjalani tes Pap.(Berek & Novak’s,2007)Roza sriyanti (2009), mendapatkan hasil biopsi servik pada wanita dengan tes Pap abnormal yaitu 66,7% terdiri dari LSIL (46,7%) dan HSIL(20%), serta test HPV Positif 3,3% dengan metoda Hybrid Capture. Liquid based Citology (LBC) merupakan metoda baru untuk deteksi dini kanker cerviks yang merupakan perbaikan metode konvensional PapSmear. Papsmear konvesional memiliki banyak keterbatasan yang dipengaruhi oleh cara pengambilan sampel dan pembuatan slide yang tidak optimal. Dengan metode LBC keterbatasan itu teratasi sehingga lebih akurat dalam mendeteksi perubahan kearah kanker. (Noviana,2012) Alasan mengapa LBC dipilih dibandingkan dengan Papsmear konvesional : • Dapat menyajikan sel dengan lebih baik untuk pembacaan dibawah mikroskop sehingga penilaian akan lebih tepat. • Mengurangi kemungkinan tes yang tidak dapat dibaca dengan baik sehingga pasien tidak perlu menjalani pemeriksaan ulang. 4 • Sel sel yang mengganggu pembacaan dapat dihilangkan misalnya sel darah merah dan lendir, sehingga sel dapat diamati dengan jelas dan mengurangi tingkat kesalahan penilaian. • Berpotensi mendeteksi lebih akurat lesi prakanker. • Dapat dibuat lebih dari satu slide dan dapat dilanjutkan dengan tes tambahan lain dari bahan yang sama (misalnya HPV DNA genotyping) • Artefak yang timbul sebagai keterbatasan papsmear akibat pengeringan udara dapat dihindari karena sampel langsung dicelupkan ke dalam cairan. (Noviana,2012) PCR (Polymerase Chain Reaction) atau reaksi berantai polimerase adalah suatu metode enzimatis untuk memperbanyak secara eksponensial suatu sekuen nukleotida tertentu secara invitro. PCR pertama kali dikembangkan oleh Kary Mullis pada tahun 1985 seorang peneliti dari CETUS Corporation. PCR dapat melihat memperbanyak molekul DNA dan memisahkan gen-gen, kelebihan metode ini adalah suhu yang dapat tinggi dan rendah dengan cepat selain itu PCR juga bekerja dengan komponen yang jumlahnya sedikit. Pada tahun 1990 Ting dan Manos telah mengembangkan suatu metode deteksi HPV dengan PCR. Metode tersebut dikembangkan dengan mengidentifikasi suatu daerah homologi di dalam genotipe HPV yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk mendesain primer untuk amplifikasi. Tes HPV DNA genotyping bertujuan untuk mendeteksi DNA (gen) virus HPV pada sel leher rahim dan menentukan genotipenya. Sediaan yang diperlukan cukup dari sisa sampel dari pemeriksaan LBC. Tes ini dapat mendeteksi 15 genotipe resiko tinggi yang merupakan penyebab utama kanker cerviks yaitu genotype 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 53, 56, 58, 59, 66, 68 dan resiko rendah 6 genotype yaitu 6, 11, 42, 43, 44, dan 81 yang hanya menyebabkan radang dan kutil kulit dan kelamin. (Novel dkk,2012 ) 5 Panti rehabilatasi wanita Andam Dewi Sukarami merupakan tempat pembinaan untuk wanita tunasusila yang terjaring di seluruh wilayah Sumatera Barat yang dikelola oleh dinas Sosial propinsi. Panti rehabilasi ini memberikan pembinaan secara mental, sprituil dan ketrampilan agar wanita tunasusila tersebut tidak lagi menjalani pekerjaan mereka yang sebelumnya dan dapat terjun ke tengah masyarakat dengan bekal ketrampilan yang baik. Penelitian untuk mengetahui prevalensi infeksi HPV ini belum banyak dilakukan, khususnya di Sumatera Barat. Roza Sriyanti (2008) mendapatkan satu infeksi HPV positif dari 30 sampel pasien di poliklinik M Djamil Padang. Berdasarkan asumsi para pekerja sex komersial ini merupakan kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi HPV serta terjadinya lesi prakanker, maka penulis memilih populasi penelitian ini di panti rehabilitasi Andam Dewi Sukarami. Himpunan Onkologi Ginekologi juga sangat merekomendasikan penelitian untuk mengetahui prevalensi HPV tersebut dengan tujuan mengetahui tingkat infeksi HPV di masing masing daerah serta mengetahui pola infeksi genotype apa yang dominan di tiap tiap daerah di Indonesia. Dengan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui genotype HPV DNA serta gambaran pemeriksaan LBC di panti rehabilitasi Andam Dewi Sukarami.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions: | Pascasarjana Tesis |
Depositing User: | Ms Ikmal Fitriyani Alfiah |
Date Deposited: | 18 Feb 2016 08:46 |
Last Modified: | 18 Feb 2016 08:46 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/1701 |
Actions (login required)
View Item |