MANAJEMEN KONFLIK ANTARA ETNIS LOKAL DENGAN ETNIS PENDATANG Studi di Kelurahan Perawang, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Provinsi Riau

RIO, TUTRI (2012) MANAJEMEN KONFLIK ANTARA ETNIS LOKAL DENGAN ETNIS PENDATANG Studi di Kelurahan Perawang, Kecamatan Tualang Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Masters thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img] Text (TESIS)
CRV0426.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Sebagai negara yang multietnis, di Indonesia sudah banyak terjadi kasus kekerasan antar-etnis, terutama antara etnis lokal dengan etnis pendatang, serta sudah memakan banyak korban jiwa, seperti di Sambas-Kalimantan Barat dan Ambon-Maluku. Ini terjadi karena ada pemaknaan negatif dalam interaksi sosial antara etnis lokal dan etnis pendatang tersebut, tetapi tidak selalu pemaknaan negatif itu diakhiri dengan kekerasan, hal ini tergantung bagaimana tindakan etnis lokal dan etnis pendatang dalam upaya pencegahan tindakan kekerasan pada masyarakat multietnis tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah interaksionisme simbolik yang dikemukakan oleh Herbert Blumer. Teori ini digunakan karena penelitian ini mengungkapkan makna-makna yang muncul dalam proses interaksi sosial antar-etnis serta upaya pencegahan tindakan kekerasan antara etnis lokal dan etnis pendatang tersebut. Teori ini menganggap individu bukan hanya sebagai objek tetapi ia juga sebagai subjek dalam interaksinya dengan lingkungan, karena manusia adalah makhluk yang berfikir dan kreatif, artinya mereka bisa memanajemen konflik dengan cara-caranya sendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif. Pengambilan informan dengan cara purposive dan dalam pengumpulan data digunakan metode observasi terlibat dan wawancara mendalam. Penelitian menemukan bahwa dalam proses interaksi sosial antara etnis lokal dengan etnis pendatang terdapat pemaknaan positif dan negatif. Pemaknaan negatif ini bisa menjadi sumber kekerasan antara etnis lokal dengan etnis pendatang. Di Kelurahan Perawang, etnis lokal (etnis Melayu) hanya tinggal 20 persen saja, 80 persen jumlah penduduknya adalah etnis pendatang yang terdiri dari 30 persen etnis Minangkabau, 25 persen etnis Batak, 15 persen etnis Jawa, 5 persen etnis Tionghoa dan 10 persen etnis lain-lainnya. Secara positif etnis Melayu memaknai etnis pendatang sebagai etnis yang membawa perkembangan bagi daerah etnis Melayu tersebut tetapi di sisi lain etnis Melayu merasa tidak dihargai sebagai penduduk asli oleh etnis pendatang serta banyak pemaknaan negatif lainnya yang ditujukan kepada etnis pendatang tersebut. Etnis pendatang memaknai etnis Melayu sebagai etnis yang bisa menerima etnis pendatang secara baik, tetapi di sisi lain mereka memaknai etnis Melayu sebagai etnis yang egois, tidak bisa memanfaatkan asetnya dan lain-lain. Pemaknaan negatif ini sudah beberapa kali menimbulkan kekerasan antar-etnis disini. Beberapa upaya pencegahan tindakan kekerasan yang dilakukan agar kekerasan antar-etnis tersebut tidak terulang lagi adalah, etnis Melayu dan etnis pendatang sama-sama bersikap sabar, saling menghormati, tidak membawa nama etnis ketika ada suatu masalah, saling mengundang dan memenuhi undangan dalam setiap acara serta mengangkat beberapa tokoh etnis lain untuk menjadi anggota kehormatan pada organisasi etnis mereka serta beberapa cara lainnya.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: H Social Sciences > HM Sociology
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: Yth Vebi Dwi Putra
Date Deposited: 27 Aug 2016 04:08
Last Modified: 27 Aug 2016 04:08
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/15827

Actions (login required)

View Item View Item