SELFIA, PUTRI (2015) ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI MASYARAKAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Text (Universitas Andalas)
201508141356th_skripsi selfi.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Manusia selalu melakukan kegiatan konsumsi dalam kehidupan seharihari, baik konsumsi dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang dan papan, maupun kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Pengeluaran konsumsi sudah melekat pada setiap manusia mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia (Siregar, 2009). Menurut Nurhuda (2013) pola pengeluaran konsumsi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat selain dari PDRB. Kegiatan konsumsi mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dimana menurut Mankiw (2007) dalam jangka pendek konsumsi memiliki peran dalam menentukan permintaan agregate sementara dalam jangka panjang konsumsi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kusuma (2008) banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Dimana di kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi memberikan pemasukan sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Pada dasarnya kebutuhan manusia akan konsumsi ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi. Faktor ekonomi antara lain pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, tingkat bunga dan ekspektasi tentang masa depan terhadap ekonomi rumah tangganya, sedangkan faktor non ekonomi terkait dengan sosial budaya masyarakat (Rinanda, 2010). Dari beberapa faktor diatas secara teori salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat adalah pendapatan/pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita merupakan pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang diperoleh dari pembagiaan pendapatan nasional/daerah yang diterima dengan jumlah penduduk negara/daerah tersebut. Menurut Sukirno (2012) semakin besar jumlah pendapatan per kapita diasumsikan bahwa anggota masyarakat suatu daerah atau negara makin sejahtera dan perekonomian dinilai berhasil. Keynes dalam teorinya menyatakan bahwa pendapatan merupakan determinan penting dalam konsumsi, dimana jika pendapatan disposable meningkat maka konsumsi juga akan meningkat. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi juga hasrat untuk mengkonsumsi. Sebaliknya semakin rendah pendapatan maka jumlah barang yang akan dikonsumsi juga akan sedikit (Sukirno, 2012). Prinsip dasar dari konsumsi adalah bagaimana memperoleh kepuasan maksimum dengan pengeluaran yang optimal. Teori ini di dukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Nelwati (2011) dimana hasil penelitianya menunjukan bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia. Selain pendapatan, faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah tingkat suku bunga. Suku bunga juga akan berhubungan dengan tabungan dan inflasi. Menurut Mangkoesoebroto (1998) kenaikan laju inflasi menyebabkan efek substitusi antara pengeluaran konsumsi dengan tabungan. Apabila laju inflasi tinggi maka akan melemahkan daya beli masyarakat, terutama terhadap produksi dalam negeri yang selanjutnya akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang nasional. Akibatnya masyarakat akan mengurangi pembelian terhadap barang-barang yang harganya relatif mahal dan menambah pengeluaran konsumsi terhadap barang-barang yang harganya relative murah. Tingkat bunga merupakan pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan masyarakat memilih untuk menabung dari pada membelanjakan uangnya. Begitu juga sebaliknya, jika tingkat bunga rendah maka masyarakat akan lebih memilih membelanjakan uangnya daripada menyimpan uangnya. Hal ini sama dengan yang dinyatakan Fisher bahwa konsumsi akan berubah jika tingkat bunga riil berubah. Dampak kenaikan tingkat bunga riil atas konsumsi dapat dianalisis dalam efek pendapatan dan efek substitusi. Efek pendapatan melihat perubahan dalam konsumsi yang disebabkan oleh pergerakan ke kurva indifference yang lebih tinggi, kenaikan tingkat bunga riil menyebabkan konsumen akan mengadakan perbaikan kesejahteraan selama dua periode yaitu ketika garis anggaran berotasi akibat perubahan tingkat bunga. Efek ini cenderung membuat konsumen menginginkan lebih banyak konsumsi pada periode tersebut. Teori ini di dukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) dimana hasil penelitiannya menunjukan suku bunga berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara dimana konsumsi merupakan salah satu yang memiliki peran dominan dalam perekonomian karena memberikan kontribusi yang besar yaitu sampai dengan 50% dari PDB Indonesia (BPS, 2014). Perkembangan konsumsi masyarakat indonesia dari tahun 2001-2013 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik menujukan bahwa sampai tahun 2013 konsumsi masyarakat Indonesia mencapai Rp 1.518.272,84 milyar rupiah dengan rata-rata pertumbuhan 4,38%. Meningkatnya konsumsi masyarakat Indonesia ini juga sejalan dengan meningkatnya pendapatan nasional dari waktu kewaktu. Meningkatnya konsumsi masyarakat Indonesia ini dipengaruhi oleh pendapatan dan suku bunga, selain itu di dukung pula oleh gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia itu sendiri. Seperti halnya Indonesia, Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dimana perekonomiannya masih ditopang sebagian besar oleh konsumsi yaitu lebih dari 50% (Adry, 2012). Perkembangan konsumsi masyarakat di Sumatera Barat mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2001-2013 yaitu dari Rp 14.048.584,34 juta menjadi Rp 22.054.081,16 juta dengan rata-rata pertumbuhan 3.68%. Meningkatnya konsumsi masyarakat di Sumatera Barat ini diperkirakan dipengaruhi oleh pendapatan per kapita dan suku bunga. Namun jika dibandingkan dengan Indonesia, pertumbuhan konsumsi masyarakat di Sumatera Barat berada di bawah rata-rata konsumsi nasional dimana pertumbuhannya 4,38%. Hal ini berarti masih rendahnya kekuatan domestik di Sumatera Barat terutama konsumsi masyarakat. Kenaikan konsumsi masyarakat ini juga diiringi dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dimana rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita masyarakat di Sumatera Barat yaitu 4,15%. Pada tahun 2001 pendapatan per kapita di Sumatera Barat sebesar Rp 5.536.073,72 juta dengan laju pertumbuhan 2,80% dan terus meningkat sampai tahun 2013 yaitu Rp 9.205.612,47 juta dengan laju pertumbuhan 4,57%. Meskipun pertumbuhan pendapatan per kapita Sumatera Barat berfluktuasi namun secara keseluruhan menunjukan trend yang meningkat. Meskipun demikian kenaikan konsumsi masyarakat tidak diiringi dengan penurunan suku bunga, hal ini terlihat pada suku bunga BI/ BI rate yang menjadi acuan suku bunga di Sumatera Barat cendrung mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Peningkatan konsumsi dari tahun 2003-2005 tidak diiringi oleh penurunan suku bunga pada tahun tersebut, yang terjadi suku bunga juga mengalami peningkatan dari 8,31% menjadi 12,75% pada tahun 2005. Tingginya suku bunga pada tahun tersebut terjadi akibat adanya kenaikan harga BBM yang juga berdampak pada tingkat inflasi. Seharusnya saat terjadi kenaikan suku bunga dan inflasi akan menurunkan konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Namun kenyataannya berbeda dengan hal tersebut, karena pada tahun tertentu kenaikan suku bunga tidak diiringi dengan penurunan konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perekonomian di Sumatera Barat. 6 Pendapatan per kapita dan suku bunga diperkirakan memiliki peran penting dalam menentukan konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. Kedua variabel tersebut menarik untuk diteliti mengingat suku bunga selalu mengalami fluktuasi setiap tahunnya di Propinsi Sumatera Barat. Berdasarkan hal itu maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi konsumsi masyarakat di Propinsi Sumatera Barat. Sehingga penulis tertatik mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Provinsi Sumatera Barat”
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HB Economic Theory |
Divisions: | Fakultas Ekonomi > Ekonomi Pembangunan |
Depositing User: | Mr Iswadi S Nupin |
Date Deposited: | 25 Aug 2016 05:31 |
Last Modified: | 25 Aug 2016 05:31 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/15660 |
Actions (login required)
View Item |