ANTON, USMAN (2013) HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABAI KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN TAHUN 2013. Diploma thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.
Text (Skripsi)
CRV0305.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (728kB) |
Abstract
Kabupaten Solok Selatan dengan jumlah pendududuk tahun 2012 sebanyak 147.369 jiwa dan jumlah balita 15.105 mempunyai cakupan rumah sehat sebesar 53,21%. Berdasarkan data laporan tahunan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan tahun 2012 prevalensi kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Solok Selatan dari 15.105 orang balita adalah 25,4%. Dimana dari 8 Puskesmas di Kabupaten Solok Selatan, Puskesmas Abai menempati urutan pertama jumlah kasus penyakit ISPA.(13) Data laporan tahunan Puskesmas Abai tahun 2012 yang dikumpulkan dari 10 Puskesmas Pembantu dan 23 Poskesri yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Abai di Kecamatan Sangir Batang Hari ISPA menempati peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak dengan prevalensi kejadian ISPA dari 1377 balita adalah sebanyak 56 % (772 balita).(14) Kecamatan Sangir Batang Hari merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Solok Selatan, terdiri dari 7 nagari dan 37 jorong dengan jumlah penduduk 13.320 jiwa, jumlah kk adalah sebanyak 3.167 kk, jumlah rumah permanen adalah sebanyak 926 rumah, jumlah rumah semi permanen adalah sebanyak 1.626 rumah, dan jumlah rumah kayu adalah sebanyak 615 rumah.(14) Dari 378 rumah yang diperiksa oleh petugas kesehatan Puskesmas Abai keadaan ventilasi ruangan yang tidak memenuhi syarat sebesar 32,63% dan 1 kelembaban rumah yg tidak memenuhi syarat sebesar 39,68%. Dari studi awal peneliti melakukan pengamatan pada 10 rumah penderita ISPA dan terdapat 45% rumah mempunyai ventilasi ruangan yang tidak memenuhi syarat. Prevalensi ISPA yang cukup tinggi ini disebabkan karena kondisi ventilasi, kondisi suhu, kondisi kelembaban dan kepadatan penghuni sebagian besar dari rumah penduduk tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena kondisi perumahan penduduk di wilayah Puskesmas Abai ada yang tidak memiliki ventilasi dan lantai rumah sebagian besar berasal dari tanah, dinding rumah masih banyak yang terbuat dari papan dan bambu adapun letak dapur rumah ada yg menyatu dengan ruangan keluargadan juga didalam rumah ada yang memiliki satu kamar sehingga mereka mengunakan ruang keluarga nya untuk tempat beristirahat. Kondisi perumahan penduduk yang masih seperti ini juga disebabkan karena kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dalam mensosialisasikan ciri-ciri rumah sehat kepada masyarakat.(14) Lingkungan yang berpengaruh dalam proses terjadinya ISPA adalah lingkungan fisik rumah yaitu ventilasi, suhu, kelembaban dan kepadatan penghuni. Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuni rumah akan meningkat. Suhu rumah yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan berkembangbiaknya mikroorganisme penyebab penyakit. Kelembaban yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan timbulnya vektor penyakit di dalam rumah seperti tikus, kecoa, jamur yang semuanya memiliki peran besar dalam patogenesis penyakit. Kepadatan penghuni rumah yang tidak memenuhi syarat akan memudahkan penularan penyakit infeksi pernafasan (ISPA), tubercolosis, meningitis dan parasit usus dari satu orang ke yang lain.(15)
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA0421 Public health. Hygiene. Preventive Medicine |
Divisions: | Fakultas Kesehatan Masyarakat |
Depositing User: | Yth Vebi Dwi Putra |
Date Deposited: | 22 Aug 2016 09:34 |
Last Modified: | 22 Aug 2016 09:34 |
URI: | http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/15446 |
Actions (login required)
View Item |