IDENTIFIKASI KOMPETENSI PADA PEMIMPIN PERGURUAN TINGGI DI TINGKAT JURUSAN (Studi pada Universitas Andalas)

RIZKI, DWI PUTRI (2015) IDENTIFIKASI KOMPETENSI PADA PEMIMPIN PERGURUAN TINGGI DI TINGKAT JURUSAN (Studi pada Universitas Andalas). Diploma thesis, UPT. Perpustakaan.

[img] Text
201512071223th_identifikasi kompetensi pada pemimpin perguruan tinggi di tingkat jurusan.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Menurut Marginson (2010), karakteristik industri pendidikan tinggi berbeda dengan organisasi non-profit, sebab terdapat kondisi yang mengharuskan setiap institusi pendidikan tinggi untuk bersaing dengan institusi pendidikan tinggi lainnya. Ditambahkan pula bahwa institusi pendidikan tinggi juga bersaing dalam memberikan kontribusi kepada masyarakat, baik berupa lulusan yang berkualitas, hasil penelitian, dan kontribusi lainnya. Dewasa ini, sebagian besar negara-negara dihadapkan dengan gelombang globalisasi pada industri dan sektor usaha serta sektor pendidikan tinggi atau universitas (Yarmohammadian, Abari, Shahtalebi, Fooladvand, dan Najafi; 2011). Perguruan tinggi tidak hanya memegang peranan penting dalam hal pendidikan, namun juga pada aspek sosial serta menambah devisa negara. Sebab perguruan tinggi yang dikelola secara profesional akan melahirkan nilai dan kepercayaan bagi konsumennya. Untuk mewujudkan hal tersebut, perguruan tinggi harus dikelola oleh orang-orang yang memiliki kompetensi yang mumpuni. Crainer (2009) mengutip pernyataan Robert Reich, bahwa harta paling berharga yang Anda punya bukanlah aset finansial. Harta yang paling berharga adalah orang-orang yang bekerja untuk Anda, apa yang mereka bawa-bawa di kepala, dan kemampuan mereka bekerja sama. Pernyataan di atas mempertegas pentingnya peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Hal serupa didukung pula oleh Light (2008) yang berpendapat bahwa organisasi yang sehat dan kuat mengorganisasikan diri untuk bergerak secepat kilat. Salah satu faktor penting untuk kesuksesan suatu organisasi adalah individu-individu di dalamnya. Jika dihubungkan dengan perguruan tinggi, maka dapat dikatakan bahwa semua orang yang bekerja dan terlibat di dalamnya merupakan suatu aset yang perlu dikelola dengan baik agar dapat mewujudkan visi dan misi perguruan tinggi. Mencari orang yang tepat dengan keterampilan yang tepat untuk posisi yang tepat adalah tantangan paling mendasar dalam manajemen sumber daya manusia pada organisasi apa pun (Capelli, 2009). Hal tersebut juga berlaku untuk jabatan struktural dalam perguruan tinggi, termasuk pada Universitas Andalas. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa orang yang menduduki jabatan apapun, dalam hal ini khususnya untuk pemimpin pada perguruan tinggi hendaknya memiliki kemampuan dan kompetensi yang memadai agar layak menduduki jabatan tersebut. Struktur organisasi tradisional perguruan tinggi menunjukkankekuasaan dan kewenangan berpusat pada departemen atau fakultas. Hampir semua kekuasaan pembuatan keputusan terletak pada level departemen atau fakultas. Ciri lain yang menandai organisasi perguruan tinggi adalah praktik manajemen tidak terstruktur dan kontrol yang longgar, yang disebut sebagai anarki terorganisasi. Dengan karakteristik perguruan tinggi seperti itu, tentusaja dibutuhkan kepemimpinan yang berbeda dengan kepemimpinan pada organisasi lainnya (Handoyo, 2010). Kepemimpinan tetap menjadi salah satu bagian yang paling relevan dari konteks organisasi. Namun, mendefinisikan kepemimpinan adalah tantangan (Dimitrios, Sakas, dan Vlacos; 2013). Pernyataan ini memberi gambaran bahwa dalam kepemimpinan suatu organisasi tidak selalu memiliki arti dan pemahaman yang sama. Untuk itu organisasi seperti peguruan tinggi memerlukan suatu panduan yang dapat mewakili karakteristik pemimpin yang dibutuhkan pada setiap tingkatan organisasinya. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah disparitas. Terdapatnya perbedaan kualitas pada institusi pendidikan di Indonesia, seperti kualitas sumber daya manusia, fasilitas yang ditawarkan, dan kemampuan bersaing dengan institusi internasional. Selain itu, status perguruan tinggi negeri dan swasta juga menjadi karakteristik tersendiri. Perguruan tinggi negeri menikmati subsidi anggaran yang besar dari pemerintah. Atas kondisi itu, mereka harus mengikuti serangkaian prosedur dan aturan yang ditetapkan secara sentralistik oleh pemerintah yang pada akhirnya mereka cenderung memiliki budaya kerja yang mirip dengan budaya kerja institusi pemerintahan (Bikmoradi, Brommels, Shoghli, Zavareh, dan Masiello; 2010). Perguruan tinggi negeri yang dituntut menjalani serangkaian prosedur kerja, khususnya dalam pengambilan keputusan membuat mereka tidak fleksibel. Mereka harus mewujudkan visi dan misi institusi dengan berbagai tahapan administrasi dan aturan yang harus ditaati. Sementara sisi yang berbeda ditunjukkan oleh perguruan tinggi swasta sebagaimana dijelaskan oleh Herri (2010), bahwa Universitas swasta bisa bergerak lebih cepat, sebab mereka dapat mengorganisasikan kerja secara lebih independen dan tidak terikat secara ketat kepada serangkaian aturan seperti perguruan tinggi negeri. Bowen dan Shapiro (1998) mengemukakan tiga alasan yang membuat penelitian mengenai perguruan tinggi merupakan hal yang unik, vital, dan memiliki peran pelayanan yang tidak dapat diisi oleh organisasi apa pun untuk dipahami secara luas. Pertama mengenai program beasiswa yang merupakan kepercayaan dari masyarakat untuk dapat dikelola dan menjadi jembatan untuk menghubungkan berbagai penelitian dengan perguruan tinggi. Kedua, pelayanan yang dilakukan perguruan tinggi merupakan kewajiban sosial, khususnya untuk memberikan pendidikan. Ketiga, pengajaran merupakan panggilan moral yang berimbas tidak saja pada pemikiran, tetapi juga pada karakter mahasiswa. Penjelasan di atas membuktikan bahwa dibutuhkan kemampuan dan kompetensi khusus untuk mengelola perguruan tinggi, khususnya untuk perguruan tinggi di Indonesia yang juga dipimpin oleh akademisi. Pemimpin perguruan tinggi sebagai pejabat struktural yang memiliki atasan dan bawahan juga tetap sebagai akademisi yang tugas utamanya adalah mengajar, meneliti, dan mengabdi pada masyarakat sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Pada kurun waktu sepuluh hingga lima belas tahun ke depan, perguruan tinggi Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan besar yang perlu di respons dengan bijaksana. Globalisasi ekonomi dan revolusi teknologi informasi adalah dua kekuatan besar yang amat mempengaruhi dunia penguruan tinggi Indonesia. Kalau lembaga pendidikan tinggi nasional tidak mampu merespons tantangan globalisasi ini dengan memadai, diperkirakan lembaga tersebut akan tidak mampu mempertahankan eksistensinya di masyarakat dan secara pelan tetapi pasti akan kehilanganan peranannya (Effendi, 2003). Pengelola perguruan tinggi diantaranya adalah rektor dan wakil rektor, dekan dan wakil dekan, serta ketua jurusan dan sekretaris jurusan. Tingkatan yang paling dekat dengan konsumen perguruan tinggi, yaitu mahasiswa adalah tingkat jurusan. Untuk itu penelitian ini akan mengidentifikasi kompetensi yang sesuai dengan pemimpin pada tingkat jurusan di perguruan tinggi. Pemimpin jurusan sebagai pelaku terdepan dalam operasional pendidikan berfungsi untuk merencanakan,mengatur, memanfaatkan dan mengawasi sumber daya jurusan. Pemimpin jurusan bertanggungjawab terhadapsemua aktivitas yang dilakukan di jurusan. Dalam menjalankan tugasnya, kinerja pemimpin jurusan akanmempengaruhi mutu proses dan mutu hasil pendidikan. Untuk itu, pemimpin jurusan haruslah memiliki kemampuanmanajerial dalam melakukan fungsi manajemen di jurusan. Pemimpin jurusan dalam menghadapi beban kerjacukup berat, karena pada satu pihak dia adalah seorang pejabat yang diangkat oleh atasannya dan harus loyalserta mampu mempertanggungjawabkan segala kegiatannya. Tetapi, dipihak lain dia merupakan seorang atasanyang mempunyai tanggungjawab untuk membina atau mengembangkan jurusan, staf pengajar dan staf administrasijurusan secara terus menerus sesuai dengan tuntutan zaman (Purba, 2009). Perguruan tinggi yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah Universitas Andalas, sebab Universitas Andalas merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Sumatera Barat yang mendapat Akreditasi A yang dirilis oleh BAN-PT RI. Sayangnya prestasi di tingkat nasional sebagai perguruan tinggi berkualitas tidak diikuti oleh semua program studi yang terdapat pada Universitas Andalas. Terbukti dari akreditasi yang diterima oleh program studi pada Universitas Andalas yang masih beragam dan masih terdapat program studi dengan akreditasi C. Untuk meningkatkan kualitas dan prestasi pada tingkat jurusan di Universitas Andalas, maka dibutuhkan pemimpin yang berkualitas pula untuk memimpin jurusan. Untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas sebagai pengelola jurusan di Universitas Andalas dapat dilihat kompetensi yang dimiliki atau yang dikuasai oleh ketua jurusan tersebut. Saat ini belum terdapat identifikasi dari kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin perguruan tinggi, khususnya pada ketua jurusan di Universitas Andalas yang merupakan dasar dari kepemimpinan perguruan tinggi. Hal ini untuk mewujudkan pengelolaan perguruan tinggi dengan pemimpin yang kompeten dan memiliki kemampuan sesuai dengan tugas dan wewenang yang dijalankan. Sebagai lembaga sosial yang secara tradisional bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan tinggi adalah lembaga yang paling merasakan tuntutan sosial untuk perubahan global tersebut. Dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat yang memerlukan ilmu pengetahuan baru yang berbasis teknologi informasi, bioteknologi serta ilmu-ilmu multidisiplin lainnya akan menuntut perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih tinggi (Effendi, 2003). Dikatakan pula bahwa globalisasi yang terjadi telah membawa implikasi positif maupun negatif yang amat besar pada dunia perguruan tinggi kita baik dalam pembiayaan, populasi calon mahasiswa serta perubahan peranan perguruan tinggi. Perubahan ini harus direspon dengan baik oleh perguruan tinggi agar dapat tetap memainkan peranan pentingnya dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu dibutuhkan ketua jurusan yang dapat beradaptasi dengan perubahan serta memiliki kualitas yang mumpuni sebagai pemimpin agar menghasilkan kinerja yang dapat bersaing. Untuk menghasilkan kinerja tersebut tentunya dibutuhkan kompetensi pribadi yang menjadi dasar dalam pelaksaan tugasnya. Kompetensi itulah yang perlu dirumuskan untuk mendapatkan individu yang mampu bersaing dan beradaptasi dalam globalisasi serta memiliki kualitas yang mampu membawa Universitas Andalas mewujudkan visinya sebagai Unversitas yang terkemuka dan bermartabat. Belum banyaknya rujukan yang dapat dijadikan pedoman pada penelitian ini membuktikan bahwa saat ini dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi di Indonesia membutuhkan suatu pedoman dan masukan mengenai kepemimpinan pada perguruan tinggi. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk membantu perguruan tinggi, dalam hal ini tingkat jurusan pada Universitas Andalas agar dapat memiliki kriteria pemimpin di tingkat jurusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kondisi jurusan pada Universitas Andalas. Penelitian ini akan menjadi literatur tambahan bagi dunia perguruan tinggi dan kepemimpinan pada tingkat jurusan. Universitas Andalas sebagai salah satu perguruan tinggi berkualitas di Indonesia akan dapat menjadi contoh dari kepemimpinan dan pengelolaan perguruan tinggi, khususnya untuk tingkat jurusan sesuai dengan objek penelitian ini.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD61 Risk Management
Divisions: Fakultas Ekonomi > Manajemen
Depositing User: Ms Randa Erdianti
Date Deposited: 12 Feb 2016 07:24
Last Modified: 12 Feb 2016 07:24
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/1502

Actions (login required)

View Item View Item