EFEK PERBEDAAN HYDRAULIC LOADING RATE (HLR) DALAM SISTEM MULTIPLE SOIL LAYERING (MSL) TERHADAP PEMURNIAN AIR IRIGASI TERPOLUSI

WELLY, HERMAN (2013) EFEK PERBEDAAN HYDRAULIC LOADING RATE (HLR) DALAM SISTEM MULTIPLE SOIL LAYERING (MSL) TERHADAP PEMURNIAN AIR IRIGASI TERPOLUSI. Masters thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img] Text (TESIS FULLTEXT)
CRV0101.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (692kB)

Abstract

Air irigasi Gunuang Nago di kawasan Pasar Baru, Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh IX, Padang sudah terpolusi. Pencemaran air irigasi berasal dari aktivitas pertanian seperti penggunaan pupuk dan pestisida yang banyak menyumbangkan sumber polutan terhadap air irigasi terutama pupuk buatan yang mudah larut. Aktivitas rumah tangga juga berkontribusi dalam menyumbangkan sumber polusi terhadap air irigasi melalui limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke saluran irigasi melalui paralon-paralon tanpa disaring terlebih dahulu. Oleh karena itu, dilakukan suatu metoda untuk memurnikan air irigasi terpolusi dengan menggunakan sistem Multiple Soil Layering (MSL) yang telah diteliti mampu memurnikan limbah dengan kemampuan penyaringan yang tinggi. Multi Soil Layering merupakan salah satu metode yang memanfaatkan kemampuan tanah sebagai media utama dengan mempertinggi fungsinya melalui struktur tanah untuk membersihkan limbah cair. Metode MSL ini bertujuan untuk mengolah limbah cair agar tidak mencemari lingkungan. Metode MSL dibentuk dalam sebuah konstruksi pelapisan tanah dengan batuan, material organik dan material lainnya yang disusun berselang-seling seperti susunan batu bata untuk mengolah limbah cair dengan cara mengalirkannya ke dalam struktur lapisan tersebut (Masunaga et al., 2007). Sistem MSL menggunakan sumberdaya lokal yang mudah didapatkan untuk mempertinggi fungsi dari sistem yaitu tanah Vulkanis, serbuk gergaji, arang sekam padi, besi, ijuk dan perlit. Sistem MSL ini diaplikasikan dengan Hydraulic Loading Rate (HLR) yang berbeda untuk melihat dari pengaruh masing-masing sistem terhadap pemurnian air irigasi terpolusi. Sistem MSL mampu menerima laju alir (HLR) sampai 4000 L/m2/hari dan dapat menciptakan tanah yang subur selama proses pengolahan. Sementara itu tanah dan batuannya dapat didaur ulang untuk tanah pertanian guna meningkatkan kesuburan tanah setelah efisiensi penjernihan selesai (Masunaga, 2003). Selain itu, bahan yang digunakan dalam pembuatan sistem MSL memanfaatkan sumberdaya lokal yang tentu saja mudah didapat. Sistem MSL dihubungkan dengan HLR yang berbeda. Perbedaan HLR ini diharapkan mempengaruhi proses pemurnian air terhadap air irigasi terpolusi. Hydraulic Loading Rate merupakan besarnya laju pembebanan hidrolis limbah cair terhadap suatu bidang permukaan dalam satuan waktu tertentu. Kontak antara air limbah dan Soil Mixture Block (SMB) merupakan faktor utama bagi kinerja MSL dalam memurnikan air irigasi terpolusi. Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan, maka telah dilakukan penelitian dengan judul ” Efek Perbedaan Hydraulic Loading Rate (HLR) Dalam Sistem Multiple Soil Layering (MSL) Terhadap Pemurnian Air Irigasi Terpolusi”. Tujuan dari penelitian adalah 1). untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Multiple Soil Layering dengan Hydraulic Loading Rate (HLR) yang berbeda terhadap pemurnian air irigasi terpolusi dan 2). untuk mengetahui Hydraulic Loading Rate yang tepat terhadap pemurnian air irigasi terpolusi. Penelitian tentang efek perbedaan Hydraulic Loading Rate dalam sistem Multiple Soil Layering terhadap pemurnian air irigasi terpolusi telah dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2012 sampai Januari 2013. Pada penelitian ini digunakan salah satu model MSL dengan ukuran SMB yang sama dari penelitian yang telah dilakukan Chen et al., (2007) yang disusun di dalam kotak Acrylic berukuran 50 cm x 10 cm x 60 cm (PxLxT). Namun, SMB dibuat dengan mencampurkan tanah Vulkanis, serbuk gergaji, arang sekam padi yang telah dihaluskan dan diayak dengan ayakan 50 mesh, paku besi dengan perbandingan 7:1:1:1. Selanjutnya, kedalam MSL dialirkan air irigasi terpolusi yang diambil di irigasi Gunuang Nago dan kawasan Pasar Baru, Kelurahan Cupak Tangah, Kecamatan Pauh IX, Padang secara terus menerus dengan Hidraulic Loading Rate (HLR) yang berbeda yaitu 250, 500 dan 1000 L/m2/hari. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa perbedaan HLR yang digunakan berpengaruh terhadap nilai pH air. Semua variasi HLR dapat meningkatkan pH menjadi pH 6,37-8,01. Nilai pH air tertinggi diperoleh pada HLR 250 L/m2/hari yaitu 8,01. Nilai BOD dan COD, semakin tinggi turunnya dengan semakin rendah HLR. Nilai penurunan BOD adalah 1,02-6,81 dan penurunan COD adalah 5,23-31,36. Nilai efisiensi sistem MSL dengan perbedaan HLR 250 L/m2/hari; 500 L/m2/hari dan 1000 L/m2/hari adalah sebesar 98,64-99,73% untuk BOD dan 97,21-99,60% untuk COD. Namun pada HLR 250 L/m2/hari diakhir pengamatan mampu menurunkan BOD dan COD yang lebih rendah daripada HLR 500 L/m2/hari dan 1000 L/m2/hari dengan efesiensi BOD sebesar 99,43% dan COD sebesar 99,17%. Sedangkan pada penyisihan amonium kecepatan HLR 1000 L/m2/hari yang paling baik. Tingginya penyisihan amonium pada HLR 1000 L/m2/hari disebakan pada HLR ini karena laju air yang cepat membuat suasana lebih reduktif sehingga penyisihan amonium lebih baik. Sedangkan pada HLR 250 L/m2/hari, dikarenakan laju air lambat maka suasana masih oksidatif sehingga penyisihan amonium juga berjalan lambat. Begitu juga pada kadar NO2 - sistem MSL dengan HLR 500 L/m2/hari dan 1000 L/m2/hari menunjukkan tidak terukurnya parameter nitrit. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan Hydraulic Loading Rate dalam sistem Multiple Soil Layering mampu menurunkan kandungan zat pencemar pada air irigasi terpolusi. Penurunan kadar pencemar sudah mencapai konsentrasi di bawah baku mutu air berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001. Sistem MSL dengan HLR 250 L/m2/hari mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memurnikan kadar percemar BOD dan COD pada air irigasi terpolusi, sedangan sistem MSL dengan HLR 1000 L/m2/hari mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memurnikan kadar pencemar NH4 +, NO2 - dan NO3 - pada air irigasi terpolusi. Sistem MSL dengan HLR yang berbeda dapat digunakan untuk pemurnian air irigasi terpolusi sebelum dibuang ke perairan luas. Jika ingin memurnikan parameter BOD dan COD dapat digunakan HLR 250 L/m2/hari dan untuk parameter NH4 +, NO2 - dan NO3 - dapat digunakan sistem MSL dengan HLR 1000 L/m2/hari, jadi penggunaan HLR pada sistem MSL terhadap pemurnian limbah tergantung kepada tujuan dari parameter pencemar yang akan dimurnikan.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: Yth Vebi Dwi Putra
Date Deposited: 08 Aug 2016 09:47
Last Modified: 08 Aug 2016 09:47
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/14298

Actions (login required)

View Item View Item