KAJIAN OBAT BERPOTENSI NEFROTOKSIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN GANGGUAN FUNGSI GINJAL DI IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

RIBKHA, KRISTIANI (2013) KAJIAN OBAT BERPOTENSI NEFROTOKSIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN GANGGUAN FUNGSI GINJAL DI IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG. Diploma thesis, UNIVERSITAS ANDALAS.

[img] Text (TESIS FULLTEXT)
CRV0094.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia dan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. DM dapat disebabkan oleh kelainan pada sekresi insulin, sensitivitas insulin atau keduanya. Peningkatan prevalensi penderita DM terus bertambah, terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyebab penyakit ginjal stadium akhir. Kebanyakan pasien DM dengan gagal ginjal mendapatkan banyak obat. Dosis dari banyak obat-obatan tersebut memerlukan pengaturan dalam pemberiannya untuk mencegah akumulasi dan efek toksik obat. Penelitian dilaksanakan mulai Mei hingga Agustus 2013 pada pasien DM tipe 2 yang mengalami gangguan fungsi ginjal di bangsal penyakit dalam RSUP DR. M. Djamil, Padang. Pengumpulan data secara prospektif dilakukan dengan metode purposive sampling. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan statistik. Sampel dari penelitian ini yaitu seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mempunyai gangguan fungsi ginjal, mulai dari stage II, III, IV dan V, dengan data yang lengkap, sedangkan kriteria ekslusinya yaitu pasien yang iv pulang atas permintaan sendiri, pasien yang tidak kooperatif, pasien yang menjalani hemodialiasis dan pasien yang meninggal dunia pada saat dirawat. Pengumpulan data berupa umur pasien, bobot badan, jenis kelamin, hasil diagnosis penyakit, keadaan penyakit yang menyertai, riwayat medis, penggunaan obat dan keadaan fungsi ginjal yang diamati berdasarkan perhitungan bersihan kreatinin. Data diperoleh dari rekam medik pasien, dilengkapi dengan melihat catatan perawat dan follow up langsung kepada pasien. Data pasien yang telah diambil dari rekam medik, catatan perawat dan follow up pasien kemudian dikumpulkan dalam lembaran pengumpulan data. Data yang telah terkumpul di atas kemudian dianalisis. Analisis data dilakukan dengan statistik. Kemudian dibahas berdasarkan literatur dan penelitianpenelitian yang ada, lalu disimpulkan. Dari total sampel 36 pasien terdiri dari laki-laki sebanyak 11 pasien (30,6%), perempuan 25 pasien (69,4%). Berdasarkan rentang usia memperlihatkan frekuensi pasien dengan rentang usia ≥65 tahun sebanyak 8 pasien (22,2%), frekuensi terbanyak dengan rentang usia 45 – 64 tahun sebanyak 25 pasien (69,4%) dan pasien yang paling sedikit menderita penyakit DM dengan gangguan fungsi ginjal yaitu pasien dengan rentang usia 20 – 44 tahun sebanyak 3 pasien (8,3%). Dari hasil perhitungan bobot ideal, didapatkan data bobot pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan gangguan fungsi ginjal yaitu 32 orang pasien (89%) memiliki bobot yang ideal dan 4 orang pasien (11%) memiliki bobot obesitas. Frekuensi pasien yang baru mengetahui menderita DM sebanyak 3 orang, <1 tahun sebanyak 2 orang, selama 1–10 tahun sebanyak 9 orang dan >10 tahun v sebanyak 6 orang. Berdasarkan frekuensi penyakit penyerta pada pasien selain komplikasi mikrovaskuler telihat bahwa komplikasi makrovaskuler dan infeksi juga mendominasi sebagai penyakit penyerta pada DM tipe 2. Berdasarkan kerusakan fungsi ginjal dari perhitungan nilai bersihan keatinin pasien didapatkan data bahwa 11 pasien (31%) berada pada stadium II, 16 pasien (44%) berada pada stadium III, 2 pasien (6%) berada pada stadium IV dan 7 pasien (19%) berada pada stadium V. Berdasarkan data penggunaan obat pada 36 pasien tersebut terdapat 10 jenis obat yang dieksresikan sebagian besar melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah. Berdasarkan literatur, dari 10 jenis obat tersebut 2 di antaranya penyesuaian dosis dilakukan berdasarkan respon klinis saja, 2 obat tersebut adalah furosemid dan hidroklortiazid, sedangkan 8 obat lainnya yaitu allopurinol, kaptopril, siprofloksasin, levofloksasin, metformin, meropenem dan seftazidim dosisnya untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal harus disesuaikan berdasarkan fungsi ginjal pasien dan dihitung dengan menggunakan persamaan farmakokinetika, untuk seftriakson dinilai cukup aman untuk penggunaan pada pasien gagal ginjal terutama untuk pasien yang memiliki bersihan kreatinin di atas 10 mL/menit. Dari total 64 kasus penggunaan obat yang bersifat nefrotoksik, terdapat 4 kasus (6,25%) dosis obat melebihi dosis individual jika dihitung secara farmakokinetika, yaitu pada penggunaan siprofloksasin dan metformin. Terdapat 9 interaksi yaitu ramipril–antasida, ramipril–furosemid, kaptopril–hidroklortiazid, siprofloksasin–deksametason, klopidogrel–aspirin, insulin–siprofloksasin, insulin–levofloksasin, OAT–parasetamol, allopurinol–lisinopril. Interaksi yang vi terjadi dapat berupa interaksi yang menguntungkan dan ada pula interaksi yang dapat meningkatkan efek merugikan bagi pasien. Selama dilakukan penelitian penggunaan obat yang berpotensi nefrotoksik, secara langsung tidak memperlihatkan dampak yang buruk pada fungsi ginjal pasien, akan tetapi dalam jangka panjang penggunaan obat tersebut akan membuat kerusakan ginjal semakin berat, terutama apabila digunakan dengan dosis yang besar dan dalam waktu yang lama. Penggunaan obat bersifat nerotoksik sedapat mungkin dihindarkan pada pasien gangguan fungsi ginjal dengan cara menggunakan obat yang lebih aman, akan tetapi apabila obat tersebut merupakan obat terpilih bagi pasien maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dan pemantauan fungsi ginjal pasien selama penggunaan obat.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Pascasarjana (Tesis)
Depositing User: Yth Vebi Dwi Putra
Date Deposited: 06 Aug 2016 03:36
Last Modified: 06 Aug 2016 03:36
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/14282

Actions (login required)

View Item View Item