HUBUNGAN PERAN FORMAL DAN INFORMAL SUAMI DENGAN KEPATUHAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DI WILAYAH PUSKESMAS BELIMBING

NOVA, SILVIA NENGSIH (2015) HUBUNGAN PERAN FORMAL DAN INFORMAL SUAMI DENGAN KEPATUHAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGKONSUMSI TABLET FE DI WILAYAH PUSKESMAS BELIMBING. Diploma thesis, UPT. Perpustakaan.

[img] Text
201510291457th_skripsi lengkap.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

Kodrat alami seorang perempuan adalah haid setiap bulan, hamil, dan melahirkan (Qardhawi, 2010). Kehamilan adalah satu dari tiga periode dalam kodrat perempuan dan kebanyakan kehamilan terjadi pada wanita yang masih muda (Widdosono, 2014). Kehamilan menyebabkan reaksi psikologis berupa kecemasan, kegusaran, ketakutan, kepanikan dan ngidam (Hulliana, 2007). Kehamilan juga menyebabkan perubahan pada fisik seperti terjadinya pembesaran perut yang akan menyebabkan gangguan citra tubuh, mudah lelah (kelemahan fisik), sering berkemih, dan adanya mual-muntah (Suririnah, 2008). Mual-muntah pada ibu hamil biasanya terjadi pada awal bulan kehamilan yaitu pada trimester I (0 - 12 minggu) dan terjadi dipagi hari. Mual muntah dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, yang salah satunya menyebabkan asupan zat besi pada ibu hamil tidak terpenuhi. Anemia secara fisiologis pada kehamilan menyebabkan perubahan hematologi karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta. Volume plasma meningkat 45–65 % dari 56 trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 100 ml. Kekurangan zat besi ditambah anemia fisiologis kehamilan memperberat anemia pada ibu hamil (Prawirohardjo, 2002). Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan zat besi, lambat laun mempengaruhi kadar Hb dalam darah. Sebagian zat besi dalam tubuh berbentuk ferritin di hati. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, ferritin ini yang diambil. Bila ferritin secara terus-menerus diambil maka bisa menyebabkan anemia (Sinsin, 2008). Anemia pada ibu hamil apabila hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gr% (Suririnah, 2008). Anemia pada trimester I dapat menimbulkan abortus spontan. Anemia trimeter II menyebabkan gangguan perkembangan janin. Anemia trimester III dapat menyebabkan berat badan lahir rendah, plasenta previa, dan solusio plasenta. Anemia saat hamil menyebabkan tumbuh kembang janin terganggu (Manuaba, 2010). Anemia saat persalinan dapat menyebabkan persalinan berlangsung lama, persalinan dilakukan tindakan operasi, dan terjadi emboli air ketuban. Sedangkan anemia saat postpartum dapat mengakibatkan perdarahan postpartum, infeksi pueperium, dapat terjadi retensio plasenta, subinvolusi uteri, bayi lahir dengan anemia, dan dapat terjadi dekompensasi kordis akut (Sinsin, 2008). Penelitian yang dilakukan Ahmad Ryan tahun 2010 tentang kepatuhan mengkonsumsi zat besi dengan berat badan lahir bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak di kota Bandung, ibu hamil trimester III yang Hb > 11 gr% melahirkan bayi dengan berat badan 2,8 kg sampai 3,5 kg, sedangkan yang anemia trimester III Melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2,5 kg. Menurut WHO kejadian anemia ibu hamil tahun 2010 berkisar 20%- 89%. Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat 37,1% ibu hamil yang anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11 gr%, dengan proporsi yang hampir sama antara kawasan perkotaan (36,4%) dan pedesaan (37,8%). Menurut data Dinas Kesehatan Kota padang (DKK) Padang pada anemia ibu hamil di kota Padang tahun 2014 berjumlah 73,6%. Salah satu program pemerintah dalam mengatasi anemia defesiensi zat besi pada ibu hamil yaitu pemberian tablet zat besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Menurut Arisman (2010), pemberian tablet zat besi (Fe) kepada ibu hamil salah satu cara untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe. Mengkonsumsi zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, konstipasi, dan kadang-kadang diare, yang tidak dapat diterima ibu hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe (Tarwoto, 2009). Ketidakpatuhan menggambarkan penolakan seseorang untuk mengikuti program yang telah ditentukan. Ketidakpatuhan dianggap respon defensif yang diperlukan terhadap situasi yang penuh tekanan. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) apabila ibu hamil tidak mengkonsumsi zat tidak tepat jumlah tablet yang dikonsumsi selama kehamilan. Ketidakpatuhan bila selama kehamilan mengkonsumsi tablet Fe kurang dari 90 tablet (Rahmawati dan Subagio, 2012). Data Riskesdas tahun 2015 terdapat 94% mendapatkan tablet zat besi, dari 94% yang patuh mengkonsumsi zat besi 40,7%, sedangkan yang tidak patuh mengkonsumsi zat besi menyatakan karena lupa 53,3%. Penelitian tentang kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet zat besi yang dilakukan Minarti (2012) di Kota Bau-Bau, dengan 30 responden didapatkan 12 orang (40%) patuh mengkonsumsi tablet zat besi, sedangkan yang tidak patuh mengkonsumsi tablet zat besi terdapat 18 orang (60%) (Minarti 2012, diakses 6 Februari 2015). Tahun 2014 di Sumatera Barat terdapat 86,2% ibu hamil yang mengkonsumsi tablet zat besi, dari 86,2% yang patuh yang mengkonsumsi hanya 30,4% (Riskesdas, 2015). Kota Padang terdapat 22 puskesmas, tiga wilayah kerja puskesmas yang ibu hamil primigravida trimester III tertinggi yang mengkonsumsi tablet zat besi yaitu di puskesmas Belimbing 37 ibu primigravida trimester III, puskesmas Padang Barat 28 ibu primigravida trimester III dan puskesmas Pauh 16 orang (DKK, 2015). Faktor-faktor kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi pada ibu hamil yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi (predisposing factor) terdiri dari pengetahuan dan sikap masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Faktor pemungkin (enabling factor) terdiri dari Ketersediaan fasilitas dan sarana tablet Fe, dan ketersedian tablet zat besi. Faktor penguat terdiri dari peran petugas kesehatan dan peran keluarga (Notoatmodjo, 2010). Peran keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga diantaranya meliputi upaya untuk meningkatkan terhadap masalah kesehatan dan merupakan tantangan terbesar yang bertujuan membantu keluarga untuk belajar bagaimana agar bisa sehat. Peranan keluarga yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dapat berupa dorongan untuk melakukan ANC, anjuran untuk mengkonsumsi tablet zat besi (Bobak, dkk, 2005). Suami adalah keluarga terdekat yang lebih memahami kondisi ibu hamil (Indivara, 2009). Peran suami terhadap kehamilan mencurahkan perhatian kepada istri, jadi suami siaga yaitu siap mengantar dan menjaga istri di sepanjang masa kehamilan sampai melahirkan, ikut serta menjaga kesehatan istri agar selalu hidup sehat. Peran suami menunjukkan keterlibatannya mendukung kepatuhan istri dalam mengkonsumsi tablet zat besi dengan mengingatkan dan motivasi ibu hamil untuk rutin mengkonsumsi tablet zat besi selama 90 hari sejak pertama kali mendapatkan tablet zat besi (Azzam, 2012). Peran suami dikategorikan dengan peran formal (terbuka) dan peran informal (tertutup). Peran formal yaitu peran yang bisa dilihat secara langsung, atau nyata. Peran formal berperan sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan pendidik bagi keluarganya (Friedman, 2010). Penelitian peran formal yang dilakukan oleh Adam Siregi di Mercu Buana Jogyakarta tahun 2010 tentang Kepatuhan Ibu Hamil dalam mengkonsumsi zat besi dengan kepedulian suami dengan mengantarkan istri mengambil tablet fe ke puskesmas, ibu hamil yang patuh mengkonsumsi zat besi (57,3%) dengan di antar suami untuk mengambil tablet fe ke puskesmas dan yang tidak patuh (42,7%) (Siregi, 2010). Peran informal yaitu Peran bersifat implisit, tidak dapat dilihat tapi bisa dirasakan. Peran dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal dibagi sebagai pendorong yang dapat memotivasi keluarga, dan perawatan keluarga yaitu peran yang dijalankan terkait merawat merawat anggota keluarga jika ada yang sakit (Friedman, 2010). Penelitian peran informal yang dilakukan Kautsar tahun 2013 tentang dukungan suami dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi di puskesmas Bara- Barabaya tahun 2013, dengan 168 responden, terdapat 101 responden (70,1%) yang tidak patuh karena tidak dapat dukungan suami, sedangkan yang patuh dan mendapatkan dukungan suami 69 responden (29,1%) (Kautsar 2013, diakses 18 Februari 2015). Wawancara tentang peran formal yang dilakukan pada 5 orang ibu primigravida trimester III hasilnya 3 orang rutin mengkonsumsi zat besi selama 90 hari karena bila tablet zat besi habis suami mengantarkan mengambilnya ke puskesmas, 2 ibu primigravida trimester III tidak mengkonsumsi zat besi karena persedian zat besi dirumah habis. Wawancara tentang peran informal pada 5 orang primigravida hamil, dengan hasil adalah 2 orang primigravida trimester III tidak menghabiskan tablet zat besi dan hanya meminum kurang dari 20 tablet selama kehamilan dan waktu konsumsi bila diingatkan oleh suami, 2 orang primigravida trimester III meminum tablet fe lebih dari 30 tablet selama kehamilan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian tentang Hubungan Peran Formal dan Informal Suami dengan Kepatuhan Primigravida dalam Mengkonsumsi Tablet Fe di Wilayah Puskesmas Belimbing tahun 2015.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: R Medicine > RT Nursing
Divisions: Fakultas Keperawatan
Depositing User: Ms Randa Erdianti
Date Deposited: 10 Feb 2016 04:47
Last Modified: 10 Feb 2016 04:47
URI: http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/1278

Actions (login required)

View Item View Item